Thursday, March 30, 2006

Ciuman senja

Gurat merah di langit senja,
sedari awal bukan sandyakala.
Hanya bisa dijabarkan perlahan,
bukan sekedar aksara yang terserak,
dari nama seorang kamu.

Tuesday, March 28, 2006

Apa yang bersisa

Menulis kata beraroma cinta,
dengan ujung jemari,
dan juga tinta.

Tapi tidak lagi dengan hati,
tidak untuk malam hari ini.

Monday, March 27, 2006

Kata bermakna

Semua bisa tidur beralaskan kantuk,
tapi tidak bertangan kosong.

Karna tajam lidah siap sedia,
berdaya musnah pada harap seketika,
terutama saat bangun tidur.

Sunday, March 26, 2006

Gila dan cinta

Seperti gajah meta,
yang jatuh gila,
karna tersingkir,
dari kawanannya.

Dan kamu,
adalah se kawan ku,
satu-satunya.

Friday, March 24, 2006

Akhir yang menetap

Pada tiap qafiyah,
yang kutulis dan kau baca...
Biar lega menetap, karna hangatnya hati,
hindarkan malam pada pagi.

Wednesday, March 22, 2006

Dejavu

Ingin kembali meramu masa depan,
dengan tawa, tangis, dan peluh asa.
Denganmu di tiap senja yang usai,
dan malam yang kian merajuk.
Rupanya aku jatuh cinta lagi,
padamu seorang.

Tuesday, March 21, 2006

Bias lama perempuan

Membakar dunia,
sepertinya percuma.

Dari dulu sudah penuh asap,
polusi dari kekayaan duniawi,
yang katanya dikerubuti perempuan.

Kamu hidup di duniamu sendiri,
yang rupanya jauh dari kesadaran.

Monday, March 20, 2006

Pilih dan jumlah empat

Pilih bobot,
gajah saja kalah,
mata yang merangkum semua.

Pilih kasih,
masih ada bunda,
yang tak pernah turun tahta.

Pilih tandhing,
siapa pula yang wicara,
lebih baik ku jadi penengah.

Pilih lalab,
paras rupawan bukan jaminan,
ranum usia masih bualan,
sepertinya butuh novena 7 x 7 !

Thursday, March 16, 2006

Kini dan lalu

Kenapa turun hujan malam itu,
tanpa gemerisik daun menyela hening,
tidak penting lagi bagiku.

Semua telah basah,
benar-benar basah,
sedalam-dalamnya.
2 in 1

Kalau sudah habis tertawa,
sampai mengering air mata,
segera tarik nafas.

Dua hal yang penuh kesadaran,
dan satunya lagi sebuah kebiasaan.

Saturday, March 11, 2006

Titik koma

Dia terus saja berlari,
sembunyi di dalam saku kemeja,
di balik lidah sepatu boot ayah,
menyatu padu di bawah lembaran karpet.

Saturday, March 04, 2006

Up and Down

Seperti perjalanan balon udara,
yang ada di iklan-iklan.

Adrenalin naik seiring mengudara,
harum putik tertiup angin senja,
silau matari sedikit pedihkan mata.

Ah, ataukah itu embun di mata,
yang tak kuakukan air mata?

Hangat dekapmu ada,
saat telapak kaki kembali ke gelitik rumput.
Dan aku sudah belajar,
tidak ada masa depan yang pasti.

for my dearest Andry Dilindra
Masa depan

Untuk apa buang tenaga,
bergulat dengan ngeri,
untuk jatuh karna berlari,
sedang berjalan saja,
aku belum bisa.
Kamu dalam pikiranku

Rontok rambutku,
komedo membandel di kelopak mata,
sembelit yang tak kunjung menghilang.

Itu kamu,
atau hanya pikiranku tentang kamu?

Yang awalnya begitu menyenangkan,
dan semakin dalam,
masih menyenangkan,
dan semakin dalam,
puncak menyenangkan,
dan semakin dalam,
hingga efeknya berbalik,
dan yang semakin dalam itu,
menjadi sedahsyat kanker!