Draft II November
Bukan yang pertama,
tapi mungkin yang utama.
"Mungkin nanti kata-kata itu akan sekedar mengumpar di udara,
tapi kuharap kau masih mendengar nadanya."
sms tidak tersimpan rapih di draft,
mudah-mudahan tepat sasaran.
Perempuan Senja. Suka menulis sejak mengerti S-P-O-K. Hanya saja sekarang K berganti rupa jadi Kamu. Punya hubungan cinta benci dengan tulisan, rasa dan kenangan.
Thursday, December 18, 2008
Draft Bulan November
Ada yang terpampang,
imaji berselamur lampu,
entah siapa memburamkan apa.
Ada yang merasa,
hati kian memanjang,
sepanjang harapan,
sepanjang akal yang dicelup doa.
Ada yang tak bisa kulihat,
rasa dibalik imaji,
rasa yang ciptakan imaji,
click! click! click!
Mencuri jiwa dalam tiap frame,
membuat distorsi semakin buas.
Hati-hati,
kalau hatimu cuma satu.
Hati-hati gunakan hatimu.
:: dari sebuah "film' yang melintas di depan mata,
melompati hati dari belakang ::
Ada yang terpampang,
imaji berselamur lampu,
entah siapa memburamkan apa.
Ada yang merasa,
hati kian memanjang,
sepanjang harapan,
sepanjang akal yang dicelup doa.
Ada yang tak bisa kulihat,
rasa dibalik imaji,
rasa yang ciptakan imaji,
click! click! click!
Mencuri jiwa dalam tiap frame,
membuat distorsi semakin buas.
Hati-hati,
kalau hatimu cuma satu.
Hati-hati gunakan hatimu.
:: dari sebuah "film' yang melintas di depan mata,
melompati hati dari belakang ::
Sehitam Sapu Tangan
Kopi hitam,
sehitam-hitamnya.
Menghapus merah menganga,
sampai tuntas!
Hingga buram saja,
sehitam jelaga.
Kopi hitam,
kopi sapu tangan.
Menghapus gelisah,
sampai air mata.
Seperti amarah yang jebol,
seperti cokelat,
seperti seks.
Nowhere, Desember 2008
Kopi hitam,
sehitam-hitamnya.
Menghapus merah menganga,
sampai tuntas!
Hingga buram saja,
sehitam jelaga.
Kopi hitam,
kopi sapu tangan.
Menghapus gelisah,
sampai air mata.
Seperti amarah yang jebol,
seperti cokelat,
seperti seks.
Nowhere, Desember 2008
Rumahku Nanti
Rumahku,
bukan sebuah bangunan megah,
bukan pula sekumpulan orang berpakaian mewah..
Rumahku,
adalah sebuah sinar yang hangat,
namun menyejukkan..
Memberiku petunjuk seperti bintang di langit yang gelap,
menuntunku pulang tepat pada tiap langkah,
menyambutku dengan sebuah rengkuhan.
Rumahku,
adalah tempatku berpulang.
Suatu hari nanti.
Dan sekarang hanyalah fatamorgana,
yang riuh rendahnya kadang memekikkan telinga.
Cirendeu, Desember 2008
Rumahku,
bukan sebuah bangunan megah,
bukan pula sekumpulan orang berpakaian mewah..
Rumahku,
adalah sebuah sinar yang hangat,
namun menyejukkan..
Memberiku petunjuk seperti bintang di langit yang gelap,
menuntunku pulang tepat pada tiap langkah,
menyambutku dengan sebuah rengkuhan.
Rumahku,
adalah tempatku berpulang.
Suatu hari nanti.
Dan sekarang hanyalah fatamorgana,
yang riuh rendahnya kadang memekikkan telinga.
Cirendeu, Desember 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)