Tuesday, August 31, 2004

Sepasang rajah..


Ingin kubuat rajah,
satu di aku dan satu di kamu,
hanya sepasang di dunia..


Ingin kubuat rajah,
di sepanjang punggungku,
yang ceritakan sebuah kisah,
tentang mayapadaku..


Rajah kubuat di belakang,
tepat segaris dengan inti hidupku..
Kupatenkan lebih dari sekedar gelang,
Karena omega bukanlah inginku..


Rajah kubuat di belakang,
hindarkan kita dari nasib yang berperang..
Rajah mengisi kulit, rasa mengisi hati,
di dunia sulit, akhirat kan beri..

Sunday, August 29, 2004

Rumahku istanaku..


Di rumah lah semua ilmu dasar sebagai makhluk yang disebut manusia diberikan..
Di rumah lah kasih sayang melimpah ruah bagai sumur tak berujung..
Di rumah lah kehangatan keluarga bagaikan lampu mercusuar memanggil anak yang hilang..


Namun di rumah juga lah bersarang semua sikap konservatif, yang ditumbuhkan dari bibit-bibit anti liberalisme, norma-norma yang merantai kaki dan tangan, hingga membunuh kebutuhan paling mendasar untuk mencintai, tanpa memandang agama, warna kulit dan ras, karena menakar semuanya dengan timbangan, tolong..dan tolonglah jangan ubah rumah menjadi pengadilan mahkamah agung, tapi bolehlah untuk mahkamah nurani dan hati..
Kisah 2002


Alfa dan omega,
pertemuan dan perpisahan..
Sudah saatnya aku berangkat..
Jaga diri baik-baik,
karena tiketku ini tiket sekali jalan..

Saturday, August 28, 2004

Jil


Jantungku berdegup kencang,
mataku mengiringi lekukmu yang letupkan gairahku..
Ingin rasanya kucungkil bola mataku,
dan kotakkan libidoku dalam jil..
Karena sungguh kau adalah penggoda yang lihai!

Pelacur vs pejabat


Seorang binal menjadi pelacur,
dengan tarif hitungan jam..


Ia tumbuh dalam kepahitan, bahwa ia miskin..
Ia tumbuh dalam kekerasan, bahwa ia diperkosa..
Ia tumbuh dalam kesadisan, bahwa ibu mati ditikam ayah..


Binal yang pelacur dicemooh dan dicaci maki..
Dipakai diam-diam oleh orang yang mencemooh dan memakinya..


Tapi beruntunglah binal yang pelacur, dan bersyukurlah ia..
Bahwa ia tidak sama dengan para pejabat, yang hidup enak bergelimangan harta..
Yang foya-foya dengan uang rakyat..
Yang cuci tangan seperti Pontius Pilatus..
Yang mengaku lebih suci dari pelacur!


Sungguh mereka itu, para pejabat kita, yang kepada mereka dipercayakan nasib kita, tidak lain dan tidak bukan adalah sekumpulan orang yang memakai topeng sandiwara!
Pinta pada Aba


Jingkatkan kaki perlahan,
namun pasti menuju puncak..
Lepaskan kasut, membasuh diri..
Wajah, tangan dan tak lupakan kaki..
Semata siapkan diri untuk menghadap Aba,
lontarkan sepucuk pinta..
Qui tollis peccanta mundi!

Friday, August 27, 2004

Senja milikmu..


Apa yang kamu cari disana?
Di tengah deburan ombak yang perlahan jilati tepi pantai..
Di sela ricuhnya senja yang datangkan atmosfir rasa..
Apa disana kau temukan jawabnya?
Lalu kenapa aku yang menggenangi bayangmu?
Kurasa sesal kian hampirimu,
tumbuhkan setitik nyali di dada selapang itu..

Thursday, August 26, 2004

Palu sikap..


Ketukkan palu, putuskan sikap..
Tak selamanya bisa kau bekukan waktu dalam hening..
Bisa jadi prolog maupun epilog yang kau pilih,
namun setidaknya kau telah melangkah,
maju maupun mundur..
Karena statis adalah nol, kosong dan nihil..

Tuesday, August 24, 2004

Ambangkan saja..


Haus kulalui dengan hikmah,
lapar pun kutahankan berbulan-bulan lamanya..
Mana kutahu dalam hitungan yang sama,
kau sudah merubah rindu yang kian membatu,
jadi rasa yang mudah kau ambangkan seperti ampas kopi..

Friday, August 20, 2004

k.i.t.a


Kucari kau dalam gelap yang menelan,
pun dalam terang yang membutakan..
Sudahilah pelarianmu akan diri dan kisah kita,
karena jagad raya masih cukup luas,
bahkan sangat luas,
untuk menampung nasib kita!

Wednesday, August 18, 2004

Tetesan kilau bintang..


Gulirkan bebanmu walau sedikit saja,
akan kupasang telinga untuk ceritamu,
dan bahkan kau boleh bawa pulang bila perlu..
Sibukkan aku dan yang utama pikiranmu dengan perkataanmu,
agar tidak lagi kau teringat akan perih yang ngilu..
Cukup sudah tetesan kilau bintang yang turuni lereng pipimu!

Tuesday, August 17, 2004

Tumpanganmu..


Ingin bersuara,
teriak dan menjerit..
Tapi hanya terdengar lirih,
sayup-sayup tanpa hasil..
Bisakah aku menumpang atas lidahmu?
Sudilah kau jauhkan dari geraham dusta,
dan jangan kau koyakkan dengan taring yang mengerikan..
Aku mungkin tidak sempurna,
namun hendaklah kau bina keelokan yang ada,
jangan kau hancurkan sama seperti gegat..
Dua dan satu..


Berikanlah telingamu,
jaringlah suaraku dengan seksama..
Janganlah kau batasi kecapan kata-kataku,
karena pembagiannya sudah jelas,
dua telinga dan sepasang bibir milikmu..

Monday, August 16, 2004

Melintas mimpi..


Sebentar lagi aku beranjak tidur,
reka ulang memori sebelum aku terlelap..
Disana dan disini aku temukan kamu,
yang mengendap di setiap sudut ingatan..
Selamat malam sayang, selamat melintas mimpi..
Siapa tahu kau temukan senja yang tak pernah padam..

Saturday, August 14, 2004

Not my turn..


Kabut tebal menggantung saat kumelintas mimpi..
Lidah perih menyambar raga begitu saja,
menghempaskan dalam cakar maut yang kasar..
Tiada bisikan, tiada panggilan, tiada tangan yang menggapai..
Sungguh suatu mimpi, indah..

Thursday, August 12, 2004

Nyata hargamu..


Untuk seseorang yang kutemukan,
dengan probabilitas satu banding seribu juta..
Tak sepatah kata pun akan terlontar,
tanpa huruf vokal dan konsonan..
Waktu dan rintangan akan dilalui cepat,
bagai menaiki shinkansen,
dengan k.i.t.a sebagai intinya..


Demikian tertulis pada lembar tugas akhirku,
dan memang senyata itulah dia berharga dalam hidupku..
Tidak pernah terpikir dia akan membaca tulisanku..
Sebagaimana halnya sepuluh tahun ke depan,
shinkansen tidak lagi menjadi bullet train tercepat di Jepang..
Yang kutahu pasti hanyalah satu,
dia memompa semangat ke pembuluh darahku,
bahkan saat aku mengecewakannya!

Wednesday, August 11, 2004

Imajiku..


Rinduku membawa sebuah imaji yang nyata..
Ruh terbang tinggi melayang di awan,
lepas dari sosok berkaki dan bertangan dua..
Menjelma jadi cahaya yang melaju ke sebuah noktah,
dengan kecepatan cahaya dan mata yang terpejam..
Karena kamu, dan hanya kamu,
yang memanggilku dengan mata hatiku..

Saturday, August 07, 2004

Warna duka langit


Langit berwarna hitam legam,
tak terlihat sejumput warna biru di angkasa..
Kepakan sayap gagak yang bising mengusik benakku,
kupicingkan mata melihat apa yang menarik perhatian mereka..
Di balik cabikan dan patukan bengis itu, kulihat kilat matamu..
Seakan tak mau terganggu, tengah memakan korbanmu!

Friday, August 06, 2004

Last stop..


Sekali lagi bunyi bel di stasiun mengusik lamunanku..
Aku terhenyak melihat dia sudah berada di sebelahku..
"Sudah siap?", pertanyaan kulontarkan lewat sinar mataku..
Dan jawabannya adalah tangan yang diulurkan,
mengikat erat jemariku dengan hangat..
Mari kita jelang semua bersama!
Aku untuk kamu..


Tubuh boleh belah ditimpa gada,
ataupun leleh dijilat lidah api..
Tapi selama nyawa masih berumah di raga,
hati tak hendak lari kemana..
Tiris cahaya


Pagi itu sinar keemasan tidak mengintip dari luar jendela rumah..
Korden yang tebal dengan angkuhnya menyerap panas,
dan tak lupa menampik sang cahaya..
Mungkin itu sebabnya piring terbang kesana kemari,
mencari celah yang masih sunyi teriakan..
Karena para pelaku menjadi buta di pagi hari itu..

Tuesday, August 03, 2004

Hati kain perca..


Senja di balik jendela mulai menua,
aku masih berusaha menyatukan ribuan rasa yang terpencar..
Jatuhnya cahaya seakan mengiringi usahaku yang percuma,
karena hatiku bukan selimut kain perca,
dan sampai kapan pun bekas lukaku akan berbekas..