Thursday, December 10, 2009

Catatan Sebelum Tidur

Saat aku bisa menertawakan kebodohanku di depanmu,
itu cinta.

Saat aku bisa melalui rasa sakit utk ketenanganmu,
itu cinta.

Saat aku bisa menjadikan namamu sbagai pintu mimpiku,
itu cinta.

Saat aku bisa menjadi lebih baik denganmu, bukan hanya untukmu,
itu cinta.

Saat aku menulis ini dengan rasa kantuk, melalui blackberryku,
sudah pasti rasa ini cinta.

Aku akan menghabiskan ribuan kertas untuk definisikan c.i.n.t.a
padahal dia selalu terwakilkan olehmu.

on my bed / craving for u / dec 2009

Tuesday, November 03, 2009

# Senja Tanpa Judul

Aku tidak bisa mematahkan kalimatmu,
atau membantah takdirku..
Tapi kau mengetahui keseluruhanku,
hanya ada di dalammu.

@ Jojo, Nov 3rd 09

Tuesday, October 27, 2009

Kiss that makes me fall!

What’s in a kiss?
Maybe seven signs of nature,
from the brightest sun,
through thunder and rain.

Oh,
what’s in a kiss,
will remains a mystery.

I only can speak wisely,
along truthfully,
what’s in my heart,
when we kiss each other tight,
just don’t want to end the night.

There’s a sparks underneath your touch,
in every inch of yours.
Slowly I can sip
sweet sensation of bliss.

Sunlight in your eyes,
perfect in it’s places,
and I just knew,
the wind will never change.

Winter time kisses,
makes me wanna fall,
fall naturally,
in love with you.

You made a girl a woman,
stranger into lover.

With that winter time kisses.

So tell me again,
what’s in a kiss?

Jojo, Oct 2009

Thursday, July 02, 2009

: Puisi di Hari yang Aneh :

Mimpi di kotak suara,
diam tanpa hembusan nafas.

Terlahir tanpa simbiois mutualisme,
terbentuk karna desakan waktu.

Tidak ada selamat pagi,
tanpa tidur yang terusik.

Tidak ada akhir kalimat,
sepanjang masa panen koma.

(Terusik, Juli 2009)

Friday, May 01, 2009

Dongeng Ibukota

Adalah satu dongeng sederhana yang mematikan lampu-lampu di kamar tidurku,
menyulap pintu lemari jadi pintu gerbang kastil yang kokoh,
begitu megah dan tak tersentuh, mirip gedung-gedung tinggi ibukota,
yang membuatku silau bukan hanya karna kaca-kacanya,
tapi begitu banyak ambisi dan kesombongan,
mengutamakan kantong pribadi dan menenggelamkan kata rakyat,
yang seharusnya satu, yang seharusnya utama,
atau paling tidak diusahakan pertama.

Adalah satu dongeng sederhana yang menidurkan anak-anak bangsa,
dengan kelelahan mata dan jari akibat games elektronik,
melupakan lompat karet, gangsing, petak umpet,
membenci aktivitas outdoor dan mencintai keautisannya,
bukannya belajar berkawan, lebih suka melawan,
sama seperti suara-suara mereka yang berdemo,
satu stereo, tapi tak betul-betul mengerti maknanya,
bukankah komunikator yang salah bila pesan tak sampai.

Adalah satu dongeng sederhana yang membius kita semua,
mnghadirkan sejuta tanda tanya, ada apa setelah ini dan itu,
sehingga mau tak mau, semua turut serta,
membunuh pagi dan siang, menghapus sore hari,
supaya jutaaan tanda tanya tak beranak pinak,
atau jangan-jangan walau dipotong dengan pedang Lancelot,
tumbuh kembali seperti ekor cicak,
atau lebih parah cacing tanah yang mengganda.

Marilah kita lari pada malam,
begitu nyaman rasanya dalam gelap,
supaya siapa saja dapat mendongeng,
ganti-berganti menjadi pelaku dan korban.

Para pendengar selamat datang!
Setelah cuci tangan kaki dan sikat gigi,
layar panggung kembali terangkat,
untuk sebuah dongeng sederhana.

Djakarta, 30 April 2009

Wednesday, April 22, 2009

Pengakuan yang Sederhana

Dia selalu mampir ke telinga mereka,
mengorek dosa-dosa yang tiba-tiba terlalu besar,
untuk keluar dari liang telinga.

Dia selalu menggedor hati kuat-kuat,
seperti ibu kos menagih uang bulanan,
menyebut anak kosnya ATM gedor.

Dia selalu terselamurkan nafsu,
membuat kita buta, hanya tahu hujan lebat,
dan embun di kaca jendela.

Kita menjadi mengkilat karena kesombongan diri,
memantulkan semua yang datang menyerang.

Bahasa kebenaran itu sederhana....

Ataukah kita yang terlalu rumit untuk mengakui kebenaran?

Cirendeu, April 2009
Ciuman Rindumu

Kemaslah ciumanmu kecil dan rapat,
agar tak tercecer dan tak jatuh ke tangan yang salah.

Kemaslah ciumanmu kecil dan rapat,
agar bisa kusimpan di balik tempat foto pada dompetku.

Kemaslah ciumanmu kecil dan rapat,
agar tidak ada bibirbibir yang mengendusnya,
meraungraung minta dikasihani.

Tolonnnngggg..tolooooonnngggg,
mampirlah barang sejenak!

Perduli setan suara tak bertuan itu,
telinga ini sendiri haus ciumanmu.

Ciuman rindu yang kau kemas kecil dan rapat,
sebelum kau peras kuat-kuat..
amboiiii basahnya!

Cirendeu, April 2009
Di Belakang Bangku Penonton

Tanpa gelap,
dalam keheningan,
bermodalkan empat jemari,
dua kanan dan kiri,
kuciptakan lorong panjang.

Memutarkan film hitam putih,
bisu, masih dalam keheningan,
trrrrssstttt...trrrrsssstttttttt..
begitu banyak titik hitam,
yang malah membuatku mengingat.

Hidup itu luka yang menganga!
Hidup itu diam terpana!

Itu sebabnya aku melupakan luka,
bukan terluka karena lupa.

Cirendeu, April 2009

Sunday, January 04, 2009

Kompleksitas Rasa

Kamu;
teka teki silang kehabisan tempat,
daun pintu tanpa gagangnya,
rajutan tak disimpul mati,

Membuatku..
tak butuh merokok setelah seks,
menikmati puding tanpa vla,
lupa diri di bawah hujan lebat..

Kamu
dan
aku,

komposisi warna tanpa rumus,
karna tidak pernah ada pengulangan yang sukses,
hanya sekali itu saja.

BV, Januari 2009

Saturday, January 03, 2009

Jari Kaki Ukuran Dominasi

Aku berusaha fokus,
pandangan lurus ke depan.
Mencari hal-hal tidak penting,
yang harus kubombardir biar terlihat penting.

Jari telunjuk kakimu,
tidak lebih panjang dari jempolmu.

Harusnya aku bersyukur,
kamu tidak seperti mereka.

“Hitler begitu, Mussolini juga. Siapa yang tahu Tse-tung tidak begitu?”

Aku tahu teori itu pasti salah.

Kamu sudah mendominasiku,
paling tidak pikiranku.

me-time, Januari 2009