Thursday, December 27, 2007

Setengah Pencuri

Kali ini aku kehilangan siang hari,
setelah kemarin malam yang jadi sasaran.

Aku juga kerap meluputkan hari-hari genap,
bahkan hari Sabat termasuk di dalamnya.

Lima belas hari tiap bulannya,
juga pada mereka yang tak bulat sempurna,
semua hilang.

Bagi dua saja keseluruhanku,
itu akan menghemat kerjamu.

Saat kau pergi dariku,
kenangan dan setengah usiaku,
turut kau kemas dalam kopermu.

for my long lost partner, cmy..

Cirendeu, Desember 2007

Wednesday, December 26, 2007

Inti Diri

Kunyalakan pijar tanpa sumbu,
yang kerap bermain,
melayang-layang diayun bayu.
Kenapa kini harus kupendam,
ditimbun dan dilupakan,
mati tanpa udara?

Cirendeu, Desember 2007

Wednesday, December 12, 2007

Sewindu Katamu

Kata-katamu awalnya berbaris rapat,
lalu dengan cepat membentuk koloni,
berhamburan keluar dari layar monitor.

Kata-katamu membuat mataku kesemutan.
Bukan karna tak tahan membacanya,
tapi karna membuatku sulit saat berjalan.

Kata-katamu,
buat mata-mataku,
nyaris-nyaris buta!

Cirendeu, Desember 2007

Tuesday, December 11, 2007

Terpisah

Aku tidak mencari ketenangan lonceng gereja,
pun ketujuh sakramennya.

Aku mencari ketenangan yang rasional,
tanpa kau tarik garis batas,
dan menyebutnya sakral.

Cirendeu, Desember 2007

Friday, December 07, 2007

Merdeka

Aku tidak pernah mau dan merasa harus menghapus jejakmu dari tubuhku.
Seperti sekarang kubiarkan keringat dari pori kepalaku,
bertemu di tengah batang, dengan milikmu yang tersisa di ujung rambutku.
Biar nanti mereka berkibar kuat-kuat,
menandakan kemerdekaanmu atasku.

Beverly, Desember 2007

Tuesday, December 04, 2007

Tanda Baca Baru

Jangan salah sangka, jangan salah duga,
jangan salah tebak, kalau lama-lama aku jadi kamu.
Membaca kamu jauh lebih mudah dari merasaimu.

Kata-katamu lembut menyusup,
dibacakan oleh angin yang sembari lewat.
Berdiam di lekuk telingaku lama sekali,
sampai tak larut-larut,
berapa lama pun waktu mengaduknya.

Kalau kau sejujur kata-katamu, mungkin kamu bukan kamu,
aku bukan aku, dan kita sudah menjadi kita.
Kau itu tanda baca, yang menghentikan kalimat-kalimatku yang memburu.
Kau mengisi jeda, tanpa perduli betapa kosongnya dirimu.
Seharusnya tidak begitu, kamu seharusnya tidak begitu.

Tebet, Desember 2007

Sunday, December 02, 2007

Berkala

Pernah kusiakan masa kini yang berbaris,
karna suatu hal yang kutakuti di masa depan.
Takkan lagi kugerogoti pancang masa depanku,
hanya karna gema masa laluku.

Cirendeu, Desember 2007

Tuesday, November 27, 2007

Kehangatan Air Mata

Waspada selama berjam-jam,
membuat malam begitu asing.
Tak bisa lagi kukenali baunya,
sudah hilang aroma khas itu..

Kuulurkan tangan hendak meraba,
hanya hangat yang terasa.
Menggelincir cepat dari pelupuk mata,
bersama satu, dua tanda tanya yang tersisa.

Cirendeu, November 2007

Monday, October 29, 2007

Memaknai Hujan

Mereka takut pada hujan,
bergairah pada saat yang sama.

Begitu menikmati atmosfer yang ditiupkannya,
tapi tak berani terlalu dekat,
hanya sekedar pandangan lekat.

Hujan seperti dosa,
baunya melekat di rambut dan pakaian,
walau sudah lama mengering.

Tak seperti mereka,
kau mirip aku.

Tak perdulikan basah tubuh,
tak merasa harus mengusap rambut,
dan sembunyikan basah yang menggairahkan.

Samarinda, Oktober 2007
Sebait Kata

: sederhana

Mengeja lisanmu,
seperti menghafal resahmu.

Terima kasih untuk pernah menjawab,
semua pertanyaan yang tak masuk akal,
dengan kalimat sederhana;
aku cinta padamu.

Medan, Oktober 2007
Percakapan Sore Hari

Perempuan itu banyak,
cantik itu biasa.

Tapi menjadi perempuan yang setia,
aku tengah mempelajarinya.

Karawaci, Oktober 2007
Sebait kata

: memori hujan

Suara hujan,
selalu terdengar seperti nyanyian,
buat telingaku yang mengenangmu.

Kadang lebat begitu menghantam,
kadang ringan begitu menggoda,
seperti pribadimu; hujanku,
yang pernah kukenal dalam.

Biar malam ini banjir,
saat ku dijadikan kekasih hujan,
menghancurkan tubuhku,
tapi mengisi jiwaku.

Medan, Oktober 2007
Sebait Kata

: spesial

Begitu mudah kau tata kata,
takaran yang tak masam di lidah,
saat ku mengejanya..

Tak pernah kutimbang kata,
lebih berat dari tindak.
Kecuali berlembar-lembar surat cinta,
yang masih melekat di benak.

Tergaris dan tercoret oleh air matamu,
kuingat betul rasanya.

Medan, Oktober 2007

Tuesday, October 16, 2007

Mata Cermin


Mendekatlah,
hampiri terang mata(ku) yang kian memudar..

Bersabarlah,
tetap pandangi lekat-lekat..

Sebentar lagi kau bisa berkaca,
setelah embun usai membayang,
hanya sisakan hitam pekat..

Bintaro, Oktober 2007

Monday, October 15, 2007

Lukamu Untukku

Satu kali saja,
aku terluka.

Berulang kali, belasan bahkan puluhan,
kucoba mengisinya dengan air mata.

Habis milikku,
kubuat kau terluka.

Biar lukamu berair mata,
agar sembuhkan lukaku.

Aku tak pernah tahu,
luka adalah pusaran air,
yang tak pernah bisa dipenuhi.

Cirendeu, Oktober 2007

Wednesday, September 26, 2007

Sulitnya Jadi Senja

senja yang sempurna
berkeluh kesah tentang privasinya yang terganggu
segerombolan orang selalu datang dan menelanjanginya
tidak tahu malu bahkan tanpa permisi

senja yang sempurna
selalu khawatir
akan surai keemasan
yang rontok lantaran digapai
diturunkan secara paksa

senja yang sempurna
tak lagi bahagia
ingin jadi rombeng
berwarna putih butek
yang tak pernah diandaikan
sbagai wajah mulus ala iklan kecantikan

Karawaci, September 2007

Sunday, September 16, 2007

Nyala mu

Adalah api,
yang lekat pada sumbu,
tanpa harus dinyalakan..

Yang berdiam,
tak kenal waktu,
berpijar menuntunku pulang..

Yang tak pernah sekalipun,
membakar rumahku,
selagi ku pergi bersama angin..

Adalah kamu,
di mata dan hati ku.

Cirendeu, September 2007

Wednesday, September 05, 2007

Come Sail the Love

I always to figure it out,
where the wind is coming from..
but I do need a windex,
it is the sound of your needs..

Let the wind blow onto our back,
and feel it by turning our head left to right and back..

You will know the direction,
you will feel the love..

Loving you is plain sailing..

for my love,
happy anniversary..!

Cirendeu, September 2007

Monday, September 03, 2007

Gambaran Sempurna-Nya

Bukalah mata,
kedua jendela.
Mungkin masih tak sampai,
secerah langit tinggi makamnya,
berjingkatlah sedikit,
meningkap kehebatan-Nya.
Mengelir padang jadi hijau,
dengan bias pelangi di sudutnya,
ditanamkan-Nya guci tanah liat,
berisi harapan yang pekat.

Cirendeu, September 2007

Saturday, September 01, 2007

Suara Hati

Lonceng tua berkarat,
berat karna dosa usia,
dilupakan bunyi begitu saja.

Sedang apa kau di bawah sana,
mengayun tali, mengharap dentang?

Biar saja mengalir deras,
dari luka keluar merah setelah hitam,
menyisakan kuning keemasan.

Bebaskanlah kami dari yang jahat,
yang teramat sangat jahat,
dari dalam hati ini.

Hati yang murni,
menyempurnakan nada,
jelas dan jernih...
untuk diperdengarkan kembali.

Cirendeu, September 2007

Thursday, August 30, 2007

Hilang Kata

Kemana kata,
yang biasa menemani senja hari,
membuat secangkir teh semakin manis,
larut disesap oranye langit?

Kemana kata,
yang selalu mampir,
di malam dingin,
jadi mantel berkerah bulu cerpelai?

Kemana kata,
mungkin ada di kedua sudut bibir,
melengkung turun,
berduka karna basah mata?

Aku rindu,
kemana kata?

Bintaro, Agustus 2007

Monday, August 27, 2007

Tentang Kekasihku

Semalam suntuk aku bersamamu,
untuk bisa menulis lewat mata,
genangan yang mengering,
menyisakan sedikit noda.

Tapi untuk bercerita tentangmu,
waktu akan habis,
sampai kerak tak tersisa,
dan masih belum selesai.

Bintaro, Agustus 2007

Saturday, August 11, 2007

SMS

Mataku tertinggal cepat jari,
mencari nama menyusul angka,
kukirimkan! Wush...!!

Sudah, lebih susah mengirimkannya,
ketimbang merekonstruksi ingatan tentang kamu,
dan membuat ratusan bait indah karnanya.

Cirendeu, Agustus 2007
Kisah Mimpi

Mengasuh mimpi dalam palungan,
lebih sulit ketimbang melahirkannya.
Sekarang bagaimana caranya,
agar tidak tercecer dan dimakan hewan ternak.

Cirendeu, Agustus 2007
Panas Dingin

Penetrasi panasmu,
membekukan ingatanku.

Bandung, Juli 2007
Serangkai Tiga

Rambutmu kelambu yang merapal wajah semakin manis saja,
hitam membingkai putih menyesatkan mataku tak tahu tujuan..

Matamu sebuah jawaban, dari pertanyaan sepenuh bulat matahari,dan kalimat yang menggantung resah seperti awan putih kebiruan..

Bibirmu cawan yang menampung semua jenis anggur lezat tak bernama,
yang juga tak berkawan dengan hari dan usia,
hingga tetap matang dalam manis tiap reguknya..

Cirendeu, Agustus 2007
Jejak Basahmu

Aku terbata-bata membaca jejakmu,
tanpa tahu kapan kau pulang.

Selepas gerimis waktu nampak begitu serasi,
hanya di sendu kedua bola matamu.

Lari-lari kecilmu tak meninggalkan basah disana-sini,
tapi masih belum mampu selamatkan aku dari jatuh (cinta) kepadamu.

Yang tak sekali,
pun tak habis berkali-kali.

Bandung, Juli 2007

Sunday, August 05, 2007

Pencuri Start

mencuri dengar tiap kali hening berdentang
menyapu gerimis sebelum merah hijau dikelir pelangi
dasar tak tahu malu
selalu datang tak sopan waktu

Cirendeu, Agustus 2007

Thursday, August 02, 2007

Pemikir Sepi

Kembalikan sepi,
dia yang tak jemu berdiam diri.

Resah betul aku,
dengan ramai ini..

Ada apa pula dengan para jemari,
sibuk meracau sendiri?

Cirendeu, Agustus 2007

Tuesday, July 31, 2007

Repetisi

Kudengarkan lagu yang sama,
dengan derita berbeda.

Seperti pengulangan tanda tanya,
di genap air mata.

Bandung, Juli 2007

Thursday, July 05, 2007

Sudah bersihkah Anda?

Mirip orang berpuasa,
air mukanya tak bercerita.

Putih walau tidak bersih,
tampilannya seperti malaikat.

Tidak ada guratan sedih,
kerutan gelisah, apalagi amarah.

Semua sudah dicuci habis,
sebelum masuk ruang sidang.

Lewat lubang wastafel mereka dibuang,
dekat kaca bertuliskan, "Sudah bersihkah Anda?"

thanks to Danarto

TIM, Juli 2007
Serigala Rupawan

semakin kau rapihkan alis itu
hitam berkelir
meneduhi sepasang mata
yang membekukan gerak
meledakkan sensasi

semakin aku curiga
sekujur tubuhmu berbulu
rupanya kau termasuk di dalamnya
sekawanan serigala yang rupawan

Cirendeu, Juli 2007
Kejujuran Sepasang Mata

Tak perduli sial tujuh turunan,
kupecahkan kaca di segala penjuru rumah.

Aku hanya ingin keyakinan,
bukan keraguan setiap kali ku berkaca.

Cirendeu, Juli 2007

Wednesday, July 04, 2007

Senjata dan Pena

aku tak hidup di jamanmu
belum mampu merasuk ke lengan dan ototmu
yang dirupiahi entah berapa

aku hidup di jamanku
hampir tak penuh gelisah karna amarah
kau buruh mereka kapitalis

aku tak pernah benar-benar hidup
bila tidak bisa menyumbang sebuah kalimat
penyemangat yang kau tukar dengan darah dan air mata

Bukan Kata Baru (WT) sebagai inspirasi..

Cirendeu, Juli 2007

Tuesday, July 03, 2007

Bercerita Luka

Sepanjang sore madu dalam secangkir teh tak terbaca,
kalimat yang kudengar panjang pahitnya..

Coffee Club, Juli 2007

Saturday, June 16, 2007

Mata Baca(ku)

Dari tadi lari kemana?
Ingin jadi titik fokusmu,
walau sebelah mata saja.

Kemang, Juni 2007
Pencuri Usia

Kau memakan garis usia di telapak tanganku,
meninggalkanku tua sebelum waktunya.

Cirendeu, Juni 2007

Wednesday, June 13, 2007

Air mata

Dia mencuci hati yang dendam,
dengan mata tetap terpejam.

Cirendeu, Juni 2007

Monday, June 11, 2007

Perubahan Arah Angin

Kapal yang terbakar,
tidak membutuhkan dermaga baru.

Cirendeu, Juni 2007

Thursday, May 31, 2007

Hitungan Minggu

Aku ingin bersamamu tujuh hari seminggu,
tak hanya pekan lalu atau lain waktu.

Cirendeu, Mei 2007

Monday, May 28, 2007

Sakit Ingatan

Hidungku buntu,
apalagi otakku.
Hanya ada sedikit kenangan,
yang buatku tersungkur.

Cirendeu, Mei 2007

Sunday, May 27, 2007

Mata(mu) Kompas

Malam itu kau telanjang.

Kukira di balik kemejamu,
ada jawabnya.

Atau paling tidak ada petunjuk,
di dalam celanamu.

Seharusnya aku kembali ke titik awal,
mata yang memerangkapku,
dalam.

Aku pulang,
tiada tersesat.

Cirendeu, Mei 2007

Monday, May 21, 2007

Aku Tak Bersyarat

Dengannya kubangun pasir jadi istana.
Biar dikoyak angin, malam-malam betul,
disandera tanpa jaminan dan waktu.

Dengannya bunga jadi beku.
Diam tak lekang waktu,
dalam sebuah lagu.

Dengannya kusaksikan matari malu-malu,
turun dari tahtanya,
setelah setengah hari dirayu.

Cirendeu, Mei 2007

Saturday, May 19, 2007

Sebuah Nama

: Daddy

Bapakmu punya anak-anak lain untuk dikawinkan,
tapi bapakku hanya punya satu anak untuk diantarnya.

Berilah kehormatan itu,
seperti dia memberi nama untukmu,
yang menjadikan kita saudara.

Cirendeu, Mei 2007
Judulku Belum Datang

Selepas peron mata tak bisa diam,
seperti gelisah dalam dudukku.
Sebuah perjalanan untuk apa dan bagaimana,
kembali menjadi tanda tanya.

Kenangan yang kuselipkan dalam ransel menguap tanpa permisi.
Mengusik sekumpulan cita yang kubangun di tengah riuh rendah.

Berkendara selayang pandang,
aku seperti tak tahu mau dibawa kemana.
Masih buram dan pucat warna,
seperti asap lokomotif di ujung sana.

Mungkin nanti ada jawab,
dijajakan dengan harga bervariasi,
di tiap stasiun pemberhentian.

Tinggal baik-baik aku memilih,
syukur-syukur bisa menawar.

Cirendeu, Mei 2007
Penanggalan Terbaik

akan kusisakan malam yang keramat untukmu
tepat di tanggal delapan belas
akan kumandikan bunga panjang kali lebar tegel batu itu
masih dengan merah mawar yang pernah kau sebar
akan kuurapi bangunan satu setengah level
yang membuat kamu lelah naik turun
menyiapkan gantungan lampu temaram katamu

akan kusisakan malam yang keramat untukmu
biar mabuk yang ciptakan euphoria
menemaniku berkhayal
seakan ada kamu dan mereka
sumber bahagiaku

sampai akhirnya
malam keramat
tak bisa diritualkan lagi

Cirendeu, Mei 2007
Kata-kata Busuk

aku benci puisi
yang mati tertusuk duri
diam mencekam
nyaris berbau sampah
teronggok begitu saja

aku benci kata
yang sekarang mengambang
sekenanya
mengosongkan toples
mengiris belahan fikir
tapi hampa
percuma

aku benci semua
yang indah jadi buruk
aku yang ikut mati
karna kenangan sepanjang tahun
membuat kelu lidahku
memenuhi lembar putih
dengan sumpah serapah
tak lagi melahirkan
kata bahagia
yang beranak pinak

Cirendeu, Mei 2007
Sinopsis

setelah kau pergi
datanglah serombongan orang
yang lalu duduk berkeliling
putar memutar gelas seng
isinya riak bercampur darah
karna air mata sudah berkerak

Cirendeu, Mei 2007

Thursday, May 17, 2007

Yang Jadi Perkara

Lapar dan haus tak pernah jadi perkara.
Rasa menggumpal seperti darah mati ini,
yang menyurutkan langkahku.

Cirendeu, Mei 2007

Tuesday, May 15, 2007

Jatuh Tak Mau Bangun

Jatuh kali ini terasa melegakan,
tanpa ada usaha melawan gravitasi.

Aku menikmati
jatuh (cintaku) lagi
padamu..

Cirendeu, Mei 2007

Saturday, May 12, 2007

Kata Berhambur Makna

Pertemukan aku dengan kejujuran,
bukan di malam-malam bias.
Yang gelap, memabukkan,
dan bertanda tanya.

Cirendeu, Mei 2007

Friday, May 11, 2007

Kalimat Terakhir

Akan kupinjamkan banyak pupur,
lengkap dengan concealer.

Boleh kau buang hari-harimu,
hingga habis tanggalan di dinding,
mencoba perbaiki air muka yang hancur.

Aku akan tetap disini.
Menghidupi hari-hariku,
menghapus eyeliner,
yang berulang kali rusak,
karna air mata kujadikan make up remover.

Cirendeu, Mei 2007
Satu Pesan Masuk

Perih mampir ke kotak pesanku.
Saat kukibas malahan terlempar telepon genggamku.

Lokananta, Mei 2007

Thursday, May 10, 2007

Perjalanan Mata

Sepasang mata kecil,
berlarian menangkap cahaya.

Sampai akhirnya terantuk kerikil,
bayangan jadi kenangan.

Menemukan kembali rumah,
dalam rongga milik tetangga.

Kemang, Mei 2007
Makan Malam

Ambil, makan, dan habiskan mataku.

Biar kegelapan menemani,
menidurkan rindu malam ini.

Kemang, Mei 2007

Monday, May 07, 2007

Pukul(an) Pagi

Semalam tak kupasang weker pagiku.
Mati hatiku yang tergerak mengguncang tidurku.

Cirendeu, Mei 2007
Mabuk Kata dan Anggur

I.

Biar kubuat kau mabuk,
supaya kata keluar masuk.

Dari kata lari ke rasa.
Menggelitik perutku,
mirip sayap kupu-kupu.

II.

Jangan kau diam,
nanti aku curiga.

Lewat mana anggur menyelinap masuk?
Jelas tak mungkin kau larikan,
di balik lengan kemeja.

Coba ulangi sekali lagi.
Kamu yang katanya mabuk,
karna bayangku merasuk.

Cirendeu, Mei 2007
Anggur Mata dan Bibir

Aku mabuk,
di tepi pantai,
bukan di atas laut.

Aku mabuk,
dengan tatapanmu.

Aku mabuk,
bahkan pada diam bibirmu.

Mata dan bibir bekerja sama.
Begitu banyak cerita,
tanpa perlu bicara.

Ak'sara, Mei 2007

Thursday, May 03, 2007

anak rembulan,
mana bapakmu?

kau bulat sempurna, nak
rembulan yang masih malu-malu
dikerek di malam hari
berkibar diiringi kabut perak
semilir angin mengipasi
dan aku yang menangisi

aku rindu bapakmu, nak..
rindu sekali..

tempat menghitung bulan, mei 07

Wednesday, May 02, 2007

Sapaan dan Sarapan

Selamat pagi,
kamu menyapaku lewat berkas sinar,
yang malu-malu menerabas blinche kayu,
mengusap sedikit peluh mimpi tadi malam.

Bagaimana mimpimu,
pertanyaan yang lucu,
kembali menggelitik tanya.

Sama halnya kau berkaca,
mau pinjam tempat bedakku?
Kan kamu yang hadir,
di sela-sela mimpi,
menjemput pagi,
tanpa basa-basi.

Selamat pagi, sayang..
hanya ingin menuangkan sedikit rindu,
setetes bergantian dengan kopi kesukaanmu,
maaf kalau kurang manis sedikit asin,
aku belum bosan menangis.

tempat kenangan, mei 07
Sampai Nanti

ubahlah pedih mu
jadi sepi ku
buatlah sakit mu
jadi derita ku
tapi tak bisa kau minta
walau ribuan kali
cinta ku
jadi
benci ku (pada mu)

cirendeu, mei 07
ceritakan kabarmu hari ini, perempuanku..

maka akan kukisahkan kebisuan yang permanen,
suara-suara yang tak pernah lagi hadir..

dulu masih ada bunga lonceng yang berdenting,
yang kau jadikan gelang di kedua lenganku..

dulu masih ada gerutuan angin yang mulai jenuh,
melihat kita berpacaran lebih lengket dari pasir pantai,
yang basah lekat di lekuk karang..

dulu masih ada langkah di antara ranting yang terinjak,
kakimu berisik betul, sayang..
jangan begitu kataku.

dulu masih ada percakapan tanpa kata,
hanya tatap mata, binar dan semburat wajah..

beruntungnya aku,
bahagianya kita,
katamu..

aku pun menjawab,
tanpa ragu,
dengan anggukan kepala..

cirendeu, mei 07

Saturday, April 28, 2007

Rumah I

kurangkaikan sebuah rumah
pagar dari kayu
halaman rumput menghijau
susunan rangka sederhana
pondasi yang kokoh

kurangkaikan sebuah rumah
dari bulir-bulir airmata
yang mengalir turun dan turun
hingga kurekatkan satu demi satu
kujadikan tiara berkilau
tuk ditaruh di atas gerai mahkotamu

Rumah II

kau adalah rumah kata bagiku
mata lembut merajuk pulang
menjadikanku tak lagi sepi

tak ada padang lapang
yang menghalang pandang
aku hanya ingin pulang

ataukah sudah
kau buahi aku dengan kata?
biar kulahirkan
sebuah rumah untuk kita?

west pasific, april 07
Permintaan Amarilis

Berdua di ranjang,
telentang..
bisa jadi telanjang.

Bikin hati berderap,
hangat dan lengkap.

Thursday, April 26, 2007

tepian tanpa hati

sepi berjalan sendirian
penyair sudah mati

tidak usah angkat topi
nanti kau butuhkan tangan itu
untuk menulis berlembar cerita
mimpi yang tlah terburai sempurna

kota mimpi, april 07

Wednesday, April 18, 2007

365 hari

serupa embun pagi
bertahta di atas
lembaran daun
hijau menguning

bukan hanya karna kuasa
tapi juga terbiasa
aku tanpamu
takkan pernah sama

cirendeu, april 07

Monday, April 16, 2007

hymne di bulan april

mampir ke negeri senja
ada apa di bulan april?

banyak adanya
seperti semut berbaris
runutan cerita
dengan sebuah klimaks
perayaan sederhana
milik sepasang kekasih
yang kini tinggal
bayang di atas nisan

aku mendengar
gelas-gelas bersulang
tepat beberapa meter
dari tempatku berbaring

nowhere, april 07

Friday, April 13, 2007

Definisi Cantik

semua perempuan bisa cantik
dengan pupur muka
gincu warna merah
seulas senyum artifisial

di matamu
aku hanya ingin cantik
dengan lelehan air mata
dan sepasang lengan
menyambutmu hangat

cirendeu, april 07

Thursday, April 12, 2007

Gadis Penggoda

mereka memanggilku gauk
mudah-mudahan kau tak mendengar

sering diteriakkan toa mesjid di kala adzan
menelisik gang-gang sunyi tempatku sembunyi
menggeledah mimpiku di selipan ketiak
dan juga selangkangan basah

boleh kau pergi
malam ini pun esok
asal kau ingat baik-baik
gauk yang ini berbeda

harga rasa ini cuma-cuma
seperti habis buang hajat

cirendeu, april 07

Monday, April 09, 2007

Menghitung Sisa Waktu

selamat meneruskan perjalanan
aku tarik nafas disini
memberimu sedikit jeda
kemudian bekal untuk nanti
biar kuhabiskan duka kita
sendirian

cirendeu, april 07

Sunday, April 08, 2007

Hari Ketiga

kuhabiskan sore
di atas bukit
dengan tirai hujan
yang halangi pandang
tuk meraba kembali air mata
di sudut bawah salib
kemenanganku
atas kepergianmu

lbk bls, april 07

Monday, April 02, 2007

statis

diam sebentar
jangan beranjak
hari takkan jatuh begitu cepat
hanya karna kau berpaling muka
menghindari jatuhnya bayang
sealami daun maple jatuh
hari takkan tiba-tiba berganti
apalagi dengan duka
yang kau pintal demikian rupa

cirendeu, april 07
puisi dan sendiri

ada kalanya
malam-malam begini
puisi jadi sepi

seperti lampu jalanan
di ujung kelokan
sendiri dalam kelam
dilewatkan begitu saja

ada kalanya
aku merindukanmu
malam-malam begini

lalu kucari sepotong puisi
mungkin sajak tersembunyi
berharap bisa berbagi rasa
dengan dia yang berjudul sepi

mudah-mudahan sampai
entah puisinya
atau rasa sepi
yang buatku merindu

cirendeu, april 07

Friday, March 30, 2007

Ilafi

hitungan yang gasal
nafas yang gelandang
rasa yang regat

aku
menjadikanku

cirendeu, maret 07

Thursday, March 29, 2007

Sendja Penawar Duka

untuk kamu
si pemilin doa
sedari pagi
hingga lelah
berganti malam

tanpa perlu kubeli
sebuah tiket terusan
kau titipkan sudah
manis terucap lafal
dengan deraian air mata
di balik telingaku

kuhadiahkan hati
serta jari manis
dirajah kata setia
di hidup yang nanti

cirendeu, maret 07
Sepenggal Cerita

Kau mengemas cinta,
dengan tamparan duka.
Begitu caramu mengusirku?

lbk bls, maret 07

Saturday, March 24, 2007

Dua Alur Cerita

aku jatuh cinta
pada seorang lelaki
yang tak mampu kususul
hingga titik penutup esai
dalam lolongan sepi hidupku

lelaki yang sama
tergopoh-gopoh
naik kereta
jauh-jauh hari

ada aku
kamu di atas kereta
jejak kilometer jauhnya

aku ketinggalan
tanpa sebuah cerita

kamu pergi kemana?

tebet, maret 07
Rasa Berbeda

cemburuku menetes
tumbuh jadi pagar berduri
ego setinggi tepian langit

cemburuku mengalir
dari hulu hingga hilir
membasahi tiap pori hati
jadi luka yang berdarah
tanpa henti

cemburuku menatap
semua ingin berlarian
sampai ku tak tahu
besok harus hidup tuk apa

tebet, maret 07

Friday, March 23, 2007

Diamdiam Ingin

aku ingin menangis
diamdiam
dalam tiap goresan pena
tatap mata yang beradu
atau genggaman tangan

aku ingin merindu
diamdiam
seperti api dalam sekam
tak pernah bisa padam
menyelinap malam-malam

aku ingin (tetap) mencinta
diamdiam
walau dengan tanda tanya
menghiasi muka
serta angkara murka

aku ingin tinggal
jangan buat aku pergi
diamdiam

lbk bls, maret 07

Thursday, March 22, 2007

Liku Siku

sofa merah marun
berangsur keriput
sampai kapalan
waktu dirunut

aku tak lagi membentuk dia
tapi dia tetap diam
(mungkin terkantuk)

rupanya dia membentuk aku
di tiap siku (nya)

tebet, maret 07
Menua Berdua

bingkai dimamah rayap
kaca retak berhamburan
tak lagi menyisa darah

kolase foto turut menua
deretan tiga ekspresi
tak lagi merah jambu

Monday, March 19, 2007

Padat Kata

Mungkin malam terlalu lama mampir,
membuat kamu kemak-kemik,
membalikkan maaf jadi ajakan ribut,
mirip sambitan batu.

Sunday, March 18, 2007

Khas Seorang Sendja

Boleh jadi kau anggap sama,
pahit manis kopi,
seduhan yang biasa saja,
dalam gelas tanah liat kesukaan.

Tapi jejak bibir yang ada,
punya ku dan nya,
kan jauh berbeda!

Ingat itu baik-baik,
tiap kali kau melangkah pergi.
Pariwara Perempuan

Tiap kali aku hilang,
dia bermunculan.
Walau sejenak,
tetap menyita benak!

Lalu siapa yang jadi bayang-bayang?
Aku terhadap ingatan mu,
mu terhadap rasa ku,
atau dia pada mu?

Kamu itu obsesi,
dia sendiri basi!!
Bersambung

Dalam mimpi semalam,
puisimu terpenggal,
Entah kau sengaja,
atau sekedar kehabisan pulsa.

Menyentak lamunan,
merusak onani,
menjegal kesenangan.

Mungkin hanya itu bisamu.

Thursday, March 15, 2007

Bilou

siamang kerdil
penyanyi unggul

tajamnya gigi
lalu sebut saja kuku
dipatahkan oleh merdu

siamang kerdil
tak takut bedil
walau upacarakan
pagi menjelang
dengan sahutan perang

siamang kerdil
pastilah aku kalah
mencipta syair

dua jam setelah fajar
adalah sarapan pagi
kemana pun aku melangkah
buntu kutemui

siamang kerdil
mari bertukar takdir
biar ku diburu siang benderang
masih bersenjatakan syair

Tuesday, March 13, 2007

Pulang Kembali

Jangan kau pulang padaku,
biar waktu menyebutnya rotasi.

Mengembalikan mimpi,
melekatkannya pada jam besar,
yang masih bersuara rendah,
bertik tok di sudut ruang toko antik.

Jangan kau pulang padaku.
Kini tengah kucari,
genting keramik yang kau susuri,
dengan isak tangis,
dan kata seadanya.

Kemudian berikan aku waktu.
Tuk menyusun abu,
dari derita yang kau bakar,
atas nama cinta yang lain.

Thursday, March 08, 2007

pelajaran menggambar

aku tengah melukis kata
di tengah kanvas pucat warna
gerutuan air mata
mengubah gunung jadi telaga
matari turun lewat dara
yang baru belajar membaca
meraba-raba rasa
biar dibingkai perkasa
jadi suatu yang luar biasa
selamat jalan priakata

ada kata
terselip di gigi mu
membuatku jatuh cinta
pada pandangan pertama
jauh ke dalam
senyum manis mu

ada kata
di helaian rambut mu
hitam mengombak
kini jadi kelabu
membeku karna waktu
yang tak pernah mau tahu

ada kata
bahkan pada diam mu
buatku termangu
lalu ikut membisu
inikah stasiun terakhir itu?

ada kata
ada waktu
kata pernah jadi penghulu
waktu kini jadi sembilu
kukemas rasa hatihati
dengan pita airmata

Sunday, March 04, 2007

Wa' idz

Biarkan aku belajar mencintaimu (lagi),
karena tanpa merah,
darah tak lagi bermakna.

Saturday, March 03, 2007

ciuman di malam purnama

malam ini purnama akan luntur
ditantang uap panas bola mataku
mengeletek perlahan
anjang-anjang si rembulan

letih kupungut
dari gurat senyummu
dua musim berlalu
kau masih menungguku

marilah malam ini
aku dan kamu rekoleksi
biar aku kembali
belajar mencintaimu

Wednesday, February 28, 2007

Nasib Maluku

Putak dari pohon gewang,
bikin melayang-layang,
nasib tak tertahankan.

Ini paceklik mau sampai kapan,
sulit dienyahkan laiknya jembalang.
Malam untuk Tiara

Perbincangkan mati muda,
dalam seteko kopi panas.
Dua orang bersesakan,
berbagi gurih dan gula,
menyisakan gagasan,
di balik keresahan.

untuk Tiara Amalia,
hidup mati muda, sista!

Tuesday, February 27, 2007

Gelisah

Ibu menghibur aku,
bapak mengharu biru,
kakak serba bisu.

Mereka ada untukku,
siapa yang ada untukmu?

Monday, February 26, 2007

Penyakit Otak

Euphoria mu menular!
Tegukan kesekian,
membujurkan tubuh ku,
menyetrum hingga kaki!

Hanya lewat kabel telepon
Ulang Tahun Kawan

berkelana dengan bebasku
mengendarai angin dua malam lalu
tanpa pelana menguret
rahim yang telah lengket

Sunday, February 25, 2007

Pesan Terkirim (Belum Terbalas)

Aku bergurau..
tentang cerah langit,
yang jadi muram,
karna kau enggan berkata.

Mungkin aku harus menunggu,
hingga senja serentak,
menggenangi padang rumput,
mengecat ulang gedung pencakar langit,
mengendap malas di dasar gelas kopiku.

Baru nanti kau mau berkata,
setelah pesanku jauh berlalu.
Bukan Semalam

mungkin aku sudah kembali mati
dan bahkan penuh
dalam kekosongan
ketika kuketahui
diriku tak lebih
dari secarik kertas usang
yang buatmu mual
tercekat menyangkut
bergumpal di balik
kerongkongan
yang memuntahkan
kata cinta
bertintakan alkohol
menguap!
begitu api
membakar
tetes air mata
Cium

Kau mengecup kelopak mata ku,
tanpa perlu tanda tanya.
Membaca geliat hitam di atas putih,
entah mencari apa.

Mereka-reka,
yang tak bisa direla (kan).

Friday, February 23, 2007

Februari Bulan Baru

kuberi hari
pada kosong
yang seru menyerang

kuberi bulan
pada tenang
yang tak terang benderang

kuberi tahun
pada gerbong
yang membawamu pulang

kuberi tanggal
hari bulan tahun
untuk kita
yang tak pernah usai

Thursday, February 22, 2007

Sempuras Rasa

Senja hari ini kuhabiskan penuh khidmat.
Dengan secangkir kopi, ingatan, air mata,
semua berbaris rapih.

Ketiganya saling bersahutan,
dalam tempo yang sudah ditentukan.
Terkadang mereka susul-menyusul,
tanpa perlu ketergesaan.

Biar kopi jadi asin,
ingatan jadi manis,
dan air mata...
pada akhirnya jadi tawar.

Sunday, February 18, 2007

Pertanyaan Sederhana

kalau aku mampu
menghirup kembali
leleran air mata
yang jatuh vertikal
susul menyusul
dengan tubuhku
yang meluncur hancur
bisakah aku terbang
lepas dari guliran detik
yang masih berjalan linier?

Saturday, February 17, 2007

Pesanan : Kopi Tawar

kenyat kenyit hati ini
ada pemuda tanggung tak tahu diri
diberi manis madu malah menggerutu

manis madu..
ma-NIS ma-DU!

nanti kucoba formulasikan lagi
semoga tidak berubah jadi asin
pagi buta begini
terlalu sepi
untuk menyeduh kopimu
tanpa deraian air mata
belajar membaca (rasa)

mataku lelah
panas
tak lagi basah
usai membaca derita
lamat-lamat
yang tak mungkin
jadi sekedar cerita

mataku lelah...
malam ini
aku mau mati
tanpa susah payah

Wednesday, February 14, 2007

Roma - Arabia

lampu candelier
begitu aku selalu menyalakan ingatan
tentang kamu

kutempatkan di bumbungan
biar bau minyak zaitun
minyak dari pokok zaitun
yang bukan milik barat atau timur
melingkupiku

membawaku terbang ke suatu masa
tak jauh dari taman eden
dipenuhi pohon palem
dan anggur dengan sungai deras

mengembalikanku bersih
dalam oase mu
yang tak pernah berkesudahan
Buruan Rindu

sekali saja
aku ingin kau
berlaku jamak

kalau perlu
mengalahkan aggelos
menjadi maha hadir
Lalu Lintas Bercinta

apakah cinta akan cukup
menyebrangi dua arus yang berbeda
belum kanan lagi kiri
dengan muatan yang membludak

apakah cinta akan cukup
menyusuri lorong waktu
memungut detik yang berluruhan
sebelum merembes dalam
dan dijadikan marka jalan

apakah cinta akan cukup
mengembalikan penerangan jalan
agar pejalan kaki yang linglung
pengembara yang gelisah
semua kembali pada jalurnya

apakah cinta akan cukup
apakah cinta akan
apakah cinta (itu)?

Saturday, February 10, 2007

Cerita Roman Berjudul Kita

Laiknya kain sutera, yang tak pernah usai,
dijahitkan saputangan..

Laiknya orkes, yang seragam membaca,
lalu tak pernah memainkan..

Laiknya air mata mengalir deras,
hanya menumbuhkan pohon kayu manis..

Tuesday, February 06, 2007

: TIGA RASA ::

Anggur

Tua-tua keladi,
semakin tua semakin jadi.
Aku sering tertawakan dia,
yang berdiri di seberang cermin,
semakin hari semakin tua saja.

Aku tertawakan dia juga,
semakin terbahak nampaknya.
Jatuh cinta padamu,
kembang terindah di pasar Barito,
dara tercantik yang pernah ada.

Tapi pandai benar kau mainkan kata,
katamu sederetan uban ini karismatik,
buatku seperti anggur putih,
semakin tua semakin pekat.
Dengan kelezatan yang bertambah,
sejalan dengan waktu yang bergulir.

Memang kau perempuan hebat.
Manis raut wajah,
apalagi kata-kata.


Madu

Keras hatiku menyangkut begitu rupa,
bagai batuk tahunan.
Entah kau datang darimana,
dengan teksturmu yang kental,
bisa lembutkan aku.

Kemampuanmu menyerap udara,
nyaris memaksa sekelilingmu,
untuk mati tercekik tanpamu.
Aku tidak pernah heran,
sejak petang itu,
kau mencuri hidup banyak orang.

Setidaknya aku tahu,
terima kasih padamu, manis..
Aku tahu diriku pernah hidup.

Dan kau?
Ah, tidak pernah ada batasan waktu.
Kau tidak pernah sekedar dicipta,
lalu harus berlalu.
Kau, manis...tidak pernah kadaluarsa.


Zaitun

Kalau aku kembali mengusik,
sekumpulan bianglala di sendu matamu,
kau hanya melihatku dengan seutas senyum.

Tidak tahukah kau,
masih belum sadar juga,
kita itu seperti oliva.

Dengan daun kecil menjangat,
bunga yang kuning,
buah pelok membulat telur.

Saat muda kita membawa kesegaran,
dengan warna hijau kekuningan yang khas.
Senja menggeser usia,
rasa kan abadikan kita.
Ekstrak ini tak perlu dicari.
Di Laut Tengah dan bahkan Syria.

Kita adalah oliva,
kau dan aku.

Sunday, February 04, 2007

Kunjungan Surga

Bu, seperti apa itu surga?
Apakah warnanya putih susu,
wangi seperti ibu sehabis mandi,
empuk dan manis mirip gulali?

Surga itu indah, nak..
Baru dua kali menjenguk,
tapi Ibu ingat benar,
rasanya damai.

Yang pertama,
sedikit janggal di awal.
Manis dan hangat,
padahal di luar hujan lebat.
Saat pertama kamu dibuat,
tentu bersama bapakmu.
(ibu dulu masih polos!)

Yang kedua,
dua belas jam tak percuma.
Kau anakku, ditimang lenganku.

Ibu yakin,
surga yang kelak,
adalah langit di atas langit.
Lebih dari yang Ibu ceritakan.

Saturday, February 03, 2007

Air Mata Gelisah

Aku ingin menangis.
Kata-katamu selalu mengeletek luka,
yang tak pernah sembuh karna waktu,
jadikanku fana sebelum abadi itu kubingkai.

Bagaimana aku bisa bermimpi,
sebelum pejamkan mata...
Bernyanyi sebelum menyela nafas,
bercinta sebelum menemukanmu?

Kaulah kepulan asap dari sebuah ceret yang berbunyi nyaring,
keluar dari didihan kata-kata yang kugodok hingga matang,
keluar aslinya, keluar asinnya, serasa dan memang benar,
habis terendam air mata.

Friday, February 02, 2007

Gadis Kecil dan Sepatu Dansa

Aku menyukai gelap malam tanpa bintang,
saat cahya rembulan menyorotmu,
menyulap hamparan rumput jadi lantai dansa,
tak segan kembali memaknai kaki mungilmu.

Romantic waltz dan genteel fox-trot.
Kau tak butuh seorang pendamping,
mungkin angin diam yang mengatur langkahmu,
ataukah buana kembali tunduk atasmu?

Rasa-rasanya aku ingin ikut denganmu,
cukup disampirkan di bahu,
dan dikenakan sewaktu-waktu.

Mungkin tidak malam ini.
Biar gelitik rumput yang menadahmu,
kita masih punya banyak waktu.

Thursday, February 01, 2007

Cze Wan Fan

Kalau ada yang bertanya,
kapan saat yang paling menyenangkan buatku,
mungkin itu jatuh pada makan malam.
Aku menikmati penantian itu denganmu.
Duduk diam dan berkata-kata.
Lima macam makanan pembuka,
kau masih dengan semburat merah di muka.
Sayur, buah, kacang-kacangan,
terkadang aku mampu buatmu tersedak,
entah apa lelucon yang kubicarakan.
(sebenarnya aku juga nyaris hilang akal!)
Menyusul tujuh macam menu utama,
kamu tidak alergi apapun,
itu yang kusuka.
Karena aku tukang makan,
walau kali ini yang makan semua inderaku,
kecuali mulutku.
Daging merah tidak terasa manis,
masih kalah dengan seutas senyummu.
Roti kukus juga tidak menarik lagi,
pipimu itu jauh lebih menggemaskan!
Yu ciu yu youk,
ada arak ada daging.
Kau sudah tenggelamkan aku,
dalam pesona matamu,
aku ini kapal yang limbung,
goncang sudah karnamu.
Tidak perlu bir atau arak,
hanya kamu sebagai kapten kapal.
Aku ingin menenggakmu,
Gan Pei! Biar habis sudah!
Sekali tenggak saja...
Entah kapan kau akan menyambut aku,
dan berkata, "Ching.."

Wednesday, January 31, 2007

Catatan Harian

I.
Ada kalung hati berwarna merah,
dengan hiasan besi berbentuk sayap.
Kata Melissa harganya murah,
kataku ini masih akhir bulan.

Untuk caviar, anggur dan bahkan sebuah kalung,
aku jelas bisa menunggu.
Sangat menggelikan kalau untuk pria sepertimu,
aku tidak menghabiskan hari-hariku,
menunggumu.

II.
(berusaha) menikmati sunyi tanpa percakapan radio
lantunan ipod dan panggilan dari telepon selular
(berusaha) menghayati lama kaki harus berdiri
menunggu antrian bank yang lama
(berusaha) sendiri dan tak berkawan sepi

Kau harus tahu,
aku serius tentang hal ini!
semalam suntuk (nyaris mengutuk)

sapaan air hujan di tipis jendelaku
sekarang terasa amat mengganggu
gurauan joko pinurbo akan lagu gereja
hanya menjala senyum seadanya

aku ingin pergi keluar
temani rerumputan dan hujan yang kini menampar
biar semua menghapus sedih
dari sejarah yang sudah-sudah
Dosa Semua Pejuang

Harapan bukanlah pertambahan waktu dalam sepak bola,
yang menyiksa pemain beradu kaki dalam kotor lumpur,
dan peluang seribu banding satu.

Harapan pagi ini kuartikan sebagai hemodialis.
Membasuh dosa yang lekat pada ingatan.
Esensi Hidup

Kalau kau percaya surga,
niscaya perjalanan tegal berliku,
itu yang dijanjikan hidup.

Kerikil dalam sepatu,
lebih dari gunung besar membisu.

Tidak ada manis madu,
yang hadir tanpa ragu.

Karena di hidup yang fana ini,
tidak ada kebahagiaan abadi.

Tuesday, January 30, 2007

cerita mata-mata

aku tengah menggambar dengan hati-hati
garis hitam alis matamu
untuk menaungi silau buana
yang selalu mempesonamu
hingga mengerjapkan bulu mata
(lalu kau berair mata)

aku menggambar sketsa yang sempurna
di hitam alis matamu
untuk menyembunyikan bengkak mata
dan biru lebam karna pilu

Monday, January 29, 2007

Pertanda Sayang

I.
sepi membunuhku
tak lagi rindu

karna kau di sisiku
tapi diam membisu
perkosa aku jadi angin lalu

sepi membunuhku
gejalanya aku tumbuh gagu

sebelum terlambat (lagi)
aku harus gantian membunuhmu

II.
tidak ada lagi puji-pujian
untuk si ikal berkebaya putih
kini ia tampak sama biasanya
dengan marka jalan strip putih
dan sederetan polisi tidur di atasnya

Saturday, January 27, 2007

Dalam Hati

Susah payah menjerat kata 'sayang'
di campur aduk otak ku.
Tidak lagi mampu menjegal keluar
saat kata 'saya..." yang ada di kelu lidahmu.

Ingin mengingat,
kapan terakhir kali,
kau katakannya.
Nudis!

mungkin hanya aku
penyair
yang gemar minuman picisan
macam newport

sama halnya
kata
membuatku mabuk
jatuh terpingkal
berulang kali
karna geli

bahwa di dunia ini
yang kata bulat
pulang pesta
aku cuma pakai cawat

mirip Yesus
berpose di (atas) salib
dikatai narsis
pamer tubuh
karna atletis

Thursday, January 25, 2007

Beli Satu Gratis Satu, Harga Diskon!

Dulu waktu usia tanggung saya harus memilih.
Mau masuk kelas logika, dagang atau bahasa.
Akhirnya saya masuk kelas dagang,
agar bisa jual ini itu, siapa tahu cepat kaya.

Rupanya saya tidak pintar berdagang,
tak seperti Alung yang sekarang bisnis kapal,
atau Ruby yang merintis bengkel ban.

Saya ini lulusan kelas dagang yang jatuh cinta.
Jatuh hati sampai badan dengan kata-kata.
Jadi saya ini lulusan palsu.

Entah saya ini beruntung atau apa,
tidak menukarkan jiwa asli dengan rupiah,
tapi sekarang jadi kebingungan,
kenapa dulu tidak ada kelas pemulung.

Paling tidak makan dua kali sehari,
hasil tukarkan plastik satu per kilo,
dengan 700 rupiah.
Atau alumunium bila mujur,
makan jadi tiga kali,
karna bisa 5000 rupiah dihargai.

Mereka kerja di lahan yang luas.
Lebih dari lapangan bola walau bau tengik,
tapi paling tidak masih bisa dibarterkan.

Kalau saya dikasihani waktu,
terkadang bisa juga buat satu paragraf.
Di kertas yang mudah lecek,
selalu jadi selipan yang terlupa.

Kalau saya diburu waktu,
rasanya kalimat-kalimat hanya main loncat tali.
Dari sisi otak kanan ke kiri,
tanpa keluar dari jeratan mulut.

Bila iseng saya keluar,
ingin mengeletek kata HALAL dari kaleng makanan,
menggabungkan dengan kata CINTA,
dari kartu pos gratisan waktu Valentine.

Biar semua kata cinta bisa laku dikonsumsi,
siapa tahu orang yang miskin hati mencari pelarian,
lalu jadi kastemer setia.

Biar saya jadi penyair,
yang setidaknya bisa bangga hati,
ikut-ikut mereka, yang makan dua kali sehari.

Wednesday, January 24, 2007

Tambahkanlah Pelukan

Kini nona jadi nyonya,
pendek nama jadi panjang,
belum ditambah embel-embel,
padahal belum ada bubur merah putih.

Surat berhenti kerja keluar,
lebih baik di rumah saja.
Toh pangkatnya sudah naik,
wilayah kewenangan pun bertambah.

Ini hebatnya nona yang jadi nyonya.
Bila bersungguh-sungguh hanya dipuji,
dengan sekilas senyuman yang tanggung.

Sehabis bersih-bersih rumah,
jangan lupa mandi,
ganti pakaian sedikit seksi,
mungkin ditambah minyak wangi.

Menunggu tuan pulang,
melanjutkan shift sore dan malam.
Karna tuan pasti lelah,
dengan beban 9 jam kerja.
Hanya Sebuah Tanya Jawab

semua merdu
kini jadi bisu
ramai sudah pergi
ikut pergi dengan mimpi

langkahku tersandung gerimis
belum ada waktu tuk menangis
hujan kian lebat
mencecarku kuat-kuat

petang kemarin sudah berlalu
bahkan satu dua cakap tertimpa debu
tapi rindu ku masih menggerutu

semua merdu
kini sudah bisu
menjegal langkahku
menyurutkan jawabku

semua merdu
kini harus bisu
atas diskusi petang lalu
lanjut nanti kata tuhanku

Thursday, January 18, 2007

kata gubernur dari jepang

disini harus jadi kaya dulu
baru pantai dan sungai bebas sampah

saya tidak mau ikut-ikutan kaya
malahan isi otak banyak sampah
bisa-bisa semua frase jadi sampah

saya harus jadi merdeka dulu
biar tidak takut kehilangan sesuatu

merdeka dari ketakutan
mengambangkan saja harapan
kau saja hidup dengan duniamu

kata teman saya malam ini
dia orang baik
walau jauh dari bijak
hancurlah hidup pria
yang menyiakannya

kata saya malam ini
saya (pernah) jadi bangsat
setingkat dari bejat
terus menerus membuat saya ingat
sama saja membangun hikayat

kata abang saya dahulu kala
taruhlah ingatan di kantong terdepan
kau pikul dengan berat sambil belajar
setelah hafal bisa kau keluarkan
biar ringan bebanmu

Wednesday, January 17, 2007

pembersihan

mengidap penyakit yang lampau
membuat saya banyak maunya

letakkan sebaldi air di hadapan rumah
nyalakan lampu minyak senantiasa
jangan lupa debu suci dan garam

hari ini saya rayakan mimpi-mimpi
yang sudah usai sebelum dimulai

Friday, January 12, 2007

bicara estetika

dua sahabat dan seorang kekasih
bersenda gurau di atas ayunan
yang disangga halaman rumput manila
menyiraminya agar mengkilat
dengan kata-kata yang melekat
sampai kini tak mau copot!
monolog basi

ada yang ingin kutanyakan
pada tiap dering telepon
yang kau biarkan berdendang
selalu tetap mengundang

ada yang ingin kusampaikan
makna-makna ganda
sekaligus turunan
seperti kelinci
dan lusinan anaknya
pada tiap sms
yang memenuhi inboxmu
tanpa pernah terbaca
baju kaos abu-abu

baju kaosmu pucat warna
dengan deras air mata
di tiap potongan bahu

kupindahkan merah mentari
dengan api menari
menjilat baju kaosmu

habis sudah
tutup buku
mari kita belanja

Tuesday, January 09, 2007

Gelitik sebuah foto dan profil

Perempuanku,
tidak ada yang perlu diperdebatkan
cukup sudah dengan adu argumen
perang yang tak terlihat
debu tanpa asap yang membuat kalut
atau bahkan sebuah dongeng murahan
cerita kulit kayu pada pohon
menggelopak dan jatuh rentan

Perempuanku,
menyerahlah
pergilah entah
bangunlah harapmu
di tempat lain

Monday, January 08, 2007

aku ingin kita baik-baik saja

aku kembali berkaca
pada penanggalan
yang kupungut begitu saja
sepertinya ada kamu
tengah berlesatan disana
pada sendja yang entah

penanggalan masih terdiam
tidak tahu harus bicara apa
ataukah tebaran angka dan huruf
hanyalah sekotak ingatan
yang tersimpan
pada sendja yang entah

Sunday, January 07, 2007

telinga yang tak mau mendengar

mungkin di kelopak matamu
tak pernah ada bendera putih
kau menyulut mimpi buruk
secepat rokok kretek menyala
di ujung tarikan nafas
bersender pada bibir
tanpa gegap gempita
yang ingin kunamakan rasa
pesan satu tidak pakai lama!

saya memesan kematian
di kilometer 14,8
tidak usah pakai lampin
saya juga sedang malas bercermin

jangan sampai salah catat
di kilometer 14,8
hapus saja seraut wajah pucat
dengan guyuran air mata lebat

sekali ini tanpa peti mati
dan juga antipati
sudah kubilang saya mau cepat mati
mungkin di pagi hari

Friday, January 05, 2007

Kompas yang Hilang

saatnya membuang kalender lama
untuk dijadikan lap pembersih kaca
atau bungkus pembalut

tahun sudah berganti
entah dengan agenda kali ini
apakah tuhan juga perlu diganti
Badai mu (di tepi pantai)

tertawakan aku dan dunia hari ini
karna tak mudah larut dalam api mu
hancur dalam airmata mu

Thursday, January 04, 2007

tiket yang hilang

ingin kubeli seribu tanda tanya
tentang kereta yang tak pernah hinggap di stasiun mu
ataukah sebuah untaian gelisah yang mengendap
beriringan dengan langkah kakimu
yang mulai meninggalkanku
PULANG

selalu kuselipkan bunga rumput
di balik mawar merah putih kesukaanmu
agar kau tak lupa menjemput
ingatan tentang kampung halaman
yang selalu jujur padamu
tak sekalipun mengisi cerita dengan bualan
senyuman yang bertambah manis

jerawat merah
di tepi atas bibirmu
membuatku bertanya-tanya
adakah tawon salah mengiramu
terpesona dengan bau harum
dan reguk manismu?