Saturday, February 25, 2006

Dots in spot

Setidaknya matari pernah kulihat bulat sempurna,
yang rupanya terlalu terang tuk sepasang mata ini,
tidak kini yang penuh bercak hitam kosong.

Friday, February 24, 2006

Obrolan senja hari

Terima kasih,
pada nyaris birunya langit,
patahnya tangkai anggrek bulan,
yang membuatku belajar.

Daya manusia begitu kecil,
dan dunia ini begitu luas,
sampai-sampai rasa saja,
bisa berbalik memakan kita.

thanks to badai..
Empty room

Selamat pagi,
katakan saja pada gorden,
yang bergayut mesra,
pada sekotak dua jendela mu itu.

Sudah tidak ada lagi,
kecup pipi dan peluk mesra,
lewat sinar mata di balik frame,
yang entah kau sembunyikan dimana.

Thursday, February 23, 2006

Pasir dalam mata

Dari ribuan, jutaan pasir di pantai,
kenapa cuma satu partikel,
yang hinggap di mata.

Aku menikmati kelilipan itu,
mata berair, sedikit perih kurasa.
Tak melempar pandang pada lain,
tak pula mengusapmu pergi.

Wednesday, February 15, 2006

Minimum

Ada tanya, pada setiap kata,
yang mungkin tak dilafalkan,
melalui setipis kalimat.

Mereka titik, mungkin juga garis,
yang menjelma luas permukaan danau,
dengan kejernihan serupa kristal air mata.
Sebuah papan selancar

Terkadang aku datang bersama rasa,
yang kau larikan saja dibalik ombak,
serta arus yang luputkan debaran jantung.

Sama seperti masa yang lain,
kan kupergi lekatkan satu-satu,
pada helai hijau kuning,
bisa jadi nyaris coklat,
dan hanya abu-abu.

Monday, February 06, 2006

Tidak beranjak

Bukan terlena mendengar teori,
yang bisa jadi benar adanya,
atau rintik yang mengotori bahan suede,
sepatu kesayangan di luar nanti,
dan juga tidak adanya tumpangan pulang.

Aku hanya tidak tahu,
harus pulang kemana.
class; 21:05

Saat dingin masih kalah ngilu,
beku di dalam merajai,
bukan hawa yang panaskan,
tapi sakit yang lebih sakit,
sendiri yang lebih dari,
sebuah kata kesepian.