Kalau kita berencana, panjang pendek jalannya,
dengan mata dan logika manusia, entah sampai mana,
semua bisa berjalan dengan pencanangan kita.
Belum tentu habis malam ini kita bisa lahap,
belum pasti esok pagi kita jelang, jangan berfikir lusa,
sebulan, setahun, dan seterusnya.
Berencana itu baik, berlogika itu sungguh terpuji,
tapi memilah antara hati dan nafsu, sesungguhnya sederhana,
yang mana yang ingin mementingkan diri sendiri,
yang mana yang sampai harus mengorbankan orang lain.
Segala sesuatu yang nampak tunggal dalam kesengsaraan tidak selalu berujung negatif,
tidak selalu berakhir dalam penolakan yang mematikan jiwa raga.
Tapi pengorbanan adalah suatu titik awal, proses dan mungkin penutup kisah,
dalam suatu perjalanan irasional yang kita namakan cinta.