Dia selalu mampir ke telinga mereka,
mengorek dosa-dosa yang tiba-tiba terlalu besar,
untuk keluar dari liang telinga.
Dia selalu menggedor hati kuat-kuat,
seperti ibu kos menagih uang bulanan,
menyebut anak kosnya ATM gedor.
Dia selalu terselamurkan nafsu,
membuat kita buta, hanya tahu hujan lebat,
dan embun di kaca jendela.
Kita menjadi mengkilat karena kesombongan diri,
memantulkan semua yang datang menyerang.
Bahasa kebenaran itu sederhana....
Ataukah kita yang terlalu rumit untuk mengakui kebenaran?
Cirendeu, April 2009