Janggal
Ada yang tersiksa.
Pada tiap ingin yang tercekat,
bahkan belum sampai kelu lidah.
Bukannya kau tak bisa,
tapi kau tak mau.
Perempuan Senja. Suka menulis sejak mengerti S-P-O-K. Hanya saja sekarang K berganti rupa jadi Kamu. Punya hubungan cinta benci dengan tulisan, rasa dan kenangan.
Sunday, April 30, 2006
Saturday, April 29, 2006
Ajaib
Ingin sekali bisa merangkum kamu,
dalam satu pelukan dan ribuan ciuman.
Yang ceritakan perjalanan singkat,
kalahkan empat musim sekaligus.
Ingin sekali bisa merangkum kamu,
dalam satu pelukan dan ribuan ciuman.
Yang ceritakan perjalanan singkat,
kalahkan empat musim sekaligus.
Thursday, April 27, 2006
Pelihara hujan
Masih kurasa basah,
tidak pada pelupuk mata.
Tetap sama resah,
dengan gemerisik air mata.
Ku pelihara hujan,
dalam benak.
Sekedarnya.
Masih kurasa basah,
tidak pada pelupuk mata.
Tetap sama resah,
dengan gemerisik air mata.
Ku pelihara hujan,
dalam benak.
Sekedarnya.
Pembatas
Carikan aku penjara,
yang lebih dari kolong meja,
lubang di tanah,
dan spasi di bulan.
Bukan karena malu,
atau harus mengaku salah.
Aku tidak ingin menahan,
atau tepatnya tak bisa menahan.
Merindu mu, mengingini kamu.
Carikan aku penjara,
yang lebih dari kolong meja,
lubang di tanah,
dan spasi di bulan.
Bukan karena malu,
atau harus mengaku salah.
Aku tidak ingin menahan,
atau tepatnya tak bisa menahan.
Merindu mu, mengingini kamu.
Wednesday, April 26, 2006
Kartu absen
Pada vibrasi handphone,
pertanda sms dan telepon masuk.
Pada pagi yang berganti siang,
agar cepat senja lalu malam.
Hingga menu-menu makanan,
kembali digantikan kamu.
Pada tiap pikiran di alam sadar,
bawah sadar dan tak sadar.
Ah, sungguh ketergantungan itu,
benar-benar telah hadir.
Pada vibrasi handphone,
pertanda sms dan telepon masuk.
Pada pagi yang berganti siang,
agar cepat senja lalu malam.
Hingga menu-menu makanan,
kembali digantikan kamu.
Pada tiap pikiran di alam sadar,
bawah sadar dan tak sadar.
Ah, sungguh ketergantungan itu,
benar-benar telah hadir.
Sunday, April 23, 2006
Natural instant-nity
Merindukan mu,
sampai titik koma kata,
dan keringat dingin ku.
Begitu kilat dan natural,
serupa gejala alam.
Yang mendobrak hening langit.
Merindukan mu,
sampai titik koma kata,
dan keringat dingin ku.
Begitu kilat dan natural,
serupa gejala alam.
Yang mendobrak hening langit.
Daya tarik mu
Gravitasi bumi itu jelas ada.
Menarikku kesana dan kesini,
kian kemari dan tak henti.
Tapi dia adalah seorang,
yang dilahirkan, tumbuh mengagumkan,
dan kini memutarbalikkan duniaku!
Gravitasi bumi itu jelas ada.
Menarikku kesana dan kesini,
kian kemari dan tak henti.
Tapi dia adalah seorang,
yang dilahirkan, tumbuh mengagumkan,
dan kini memutarbalikkan duniaku!
Saturday, April 22, 2006
Discovery
Mencoba melacak kebosanan.
Pada tebal alis dan merah bibir,
putih kulit dan seluruhmu.
Kembali pada raut muka dan mata,
namun masih tak ada yang nyata.
Mencoba melacak kebosanan.
Pada tebal alis dan merah bibir,
putih kulit dan seluruhmu.
Kembali pada raut muka dan mata,
namun masih tak ada yang nyata.
Taman khayalan
Hanya disini,
sebuah cafe disulap jadi taman.
Lengkap semua,
hanya tanpa kupu-kupu.
Dengan sepasang aku dan kau,
yang duduk di sudut ruang.
Tak hanya diam, kita berpolusi.
Rupanya terlalu banyak khayal,
yang melompat dari benak.
Membuat mereka sibuk menangkapnya,
dengan jaring kupu-kupu.
Hanya disini,
sebuah cafe disulap jadi taman.
Lengkap semua,
hanya tanpa kupu-kupu.
Dengan sepasang aku dan kau,
yang duduk di sudut ruang.
Tak hanya diam, kita berpolusi.
Rupanya terlalu banyak khayal,
yang melompat dari benak.
Membuat mereka sibuk menangkapnya,
dengan jaring kupu-kupu.
Friday, April 21, 2006
Bicara hujan
Hujan,
gemerisik yang menggoyah konsentrasi,
sedikit mengganggu telinga,
tapi tidak basah.
Hujan,
dingin di balik kaca jendela,
menggetarkan jemari yang bersandar,
masih tidak basah.
Adalah menyatu,
saat ku menginjak rumput,
biarkan ratusan tetes mendentam kepala.
Mencuci habis semua khawatir ini.
Hingga basah.
Akhirnya.
Hujan,
gemerisik yang menggoyah konsentrasi,
sedikit mengganggu telinga,
tapi tidak basah.
Hujan,
dingin di balik kaca jendela,
menggetarkan jemari yang bersandar,
masih tidak basah.
Adalah menyatu,
saat ku menginjak rumput,
biarkan ratusan tetes mendentam kepala.
Mencuci habis semua khawatir ini.
Hingga basah.
Akhirnya.
Thursday, April 20, 2006
Dialog mata
Waktu masih malu-malu,
kita jarang bicara.
Hanya ada tatap mata.
Sekarang masih sama.
Seakan tidak ada yang saingi,
pembicaraan tanpa kata itu.
Mungkin bila semua dicatat,
kita sudah bisa buat trilogi buku,
hanya dari dialog dua pasang mata!
Waktu masih malu-malu,
kita jarang bicara.
Hanya ada tatap mata.
Sekarang masih sama.
Seakan tidak ada yang saingi,
pembicaraan tanpa kata itu.
Mungkin bila semua dicatat,
kita sudah bisa buat trilogi buku,
hanya dari dialog dua pasang mata!
Scent II
Pagi menyambut dengan aroma embun,
dan malam dengan sejuknya rumput basah.
Bisa ditambahkan bau selembar toast,
coklat hangat di mug tanah liat,
atau mungkin nanti sabun mandi,
yang menggelitik hidung dengan kesegaran.
Tapi aku masih kebingungan,
karna cinnamon jelas bukan,
kopi juga kurang kentara.
Bisa jadi bau alami kamu,
ya tidak lain dari rumah.
Lengkap dengan halaman rumput,
pagar kayu warna putih setinggi pinggang,
dan perapian yang selalu hangat.
Pagi menyambut dengan aroma embun,
dan malam dengan sejuknya rumput basah.
Bisa ditambahkan bau selembar toast,
coklat hangat di mug tanah liat,
atau mungkin nanti sabun mandi,
yang menggelitik hidung dengan kesegaran.
Tapi aku masih kebingungan,
karna cinnamon jelas bukan,
kopi juga kurang kentara.
Bisa jadi bau alami kamu,
ya tidak lain dari rumah.
Lengkap dengan halaman rumput,
pagar kayu warna putih setinggi pinggang,
dan perapian yang selalu hangat.
Scent I
Kemarin seperti butuh tidur yang panjang,
atau malahan tidak sama sekali.
Rupanya sekarang xanax berbentuk aroma,
melekat disana sini mu.
Atau bisa jadi telah larut dalam saliva.
Kemarin seperti butuh tidur yang panjang,
atau malahan tidak sama sekali.
Rupanya sekarang xanax berbentuk aroma,
melekat disana sini mu.
Atau bisa jadi telah larut dalam saliva.
Satu warna
Tiga hari yang lalu,
aku berkebaya hijau,
di sebuah mimpi tengah malam.
Merah, kuning,
biru, jingga,
dan hitam sekalipun.
Tapi mungkin takkan pernah,
dalam balutan putih,
dan yang ini mimpi siang hariku.
Tiga hari yang lalu,
aku berkebaya hijau,
di sebuah mimpi tengah malam.
Merah, kuning,
biru, jingga,
dan hitam sekalipun.
Tapi mungkin takkan pernah,
dalam balutan putih,
dan yang ini mimpi siang hariku.
Wednesday, April 19, 2006
Ingatan akan sudut
Astakona,
keluar istilah itu.
Terlalu banyak sudut di bibir kamu,
belum sampai di ujung,
aku sudah lupa rasa di titik awal.
Atau mungkin kesalahan di neuron.
Amnesia selektif yang menyenangkan.
Jadinya aku harus kembali mengulang.
Dan lagi....dan lagi.....
Astakona,
keluar istilah itu.
Terlalu banyak sudut di bibir kamu,
belum sampai di ujung,
aku sudah lupa rasa di titik awal.
Atau mungkin kesalahan di neuron.
Amnesia selektif yang menyenangkan.
Jadinya aku harus kembali mengulang.
Dan lagi....dan lagi.....
Si bulan
Sepasang malam ini,
yang hadir si bulan separuh.
Sisi yang satu berselimutkan awan,
dan yang lain mencuri terangnya bintang.
Mungkin untuk ingatkan,
ada aku tapi juga ada dia.
Dan tetap,
indah merajai malam.
Sepasang malam ini,
yang hadir si bulan separuh.
Sisi yang satu berselimutkan awan,
dan yang lain mencuri terangnya bintang.
Mungkin untuk ingatkan,
ada aku tapi juga ada dia.
Dan tetap,
indah merajai malam.
Tuesday, April 18, 2006
Bibir rasa kopi karamel
Hanya karna kamu,
starbucks bisa tutup.
Pernah dengar kampanyenya?
Lip locking love of caramel,
savor the gooey,
buttery sweet...
Kalimat ajaib itu jadi basi,
habis sudah kamu tandingi.
Untung cuma aku yang tahu.
Hanya karna kamu,
starbucks bisa tutup.
Pernah dengar kampanyenya?
Lip locking love of caramel,
savor the gooey,
buttery sweet...
Kalimat ajaib itu jadi basi,
habis sudah kamu tandingi.
Untung cuma aku yang tahu.
Monday, April 17, 2006
Hanya diam
Malam ini aku ingin tidur tenang.
Tanpa harus menautkan jari,
lima jadi sepuluh.
Mau mimpi indah,
tidak pakai taman bunga,
hanya ada kedamaian.
Malam ini aku ingin tidur tenang.
Tanpa harus menautkan jari,
lima jadi sepuluh.
Mau mimpi indah,
tidak pakai taman bunga,
hanya ada kedamaian.
Sunday, April 16, 2006
Insomnia
Mulai merindukan insomnia itu.
Bukan, tentu bukan padaku.
Melainkan padamu,
yang kerap menggangguku,
tengah malam saja.
Tidak ada keengganan,
pengusik tidur di awal,
hanya ada pembuahan rindu di akhir.
Jadi sebenarnya siapa yang lebih sakit?
Sepertinya aku,
yang mencari-cari kamu.
Mulai merindukan insomnia itu.
Bukan, tentu bukan padaku.
Melainkan padamu,
yang kerap menggangguku,
tengah malam saja.
Tidak ada keengganan,
pengusik tidur di awal,
hanya ada pembuahan rindu di akhir.
Jadi sebenarnya siapa yang lebih sakit?
Sepertinya aku,
yang mencari-cari kamu.
Saturday, April 15, 2006
rindu hari ini
ada kamu pada tiap kata kata
kata di dinding putih
dinding merah hangat
dinding yang dekat pintu
dinding pembatas rindu
untuk meluruhkan itu
pasti sedikit sulit
apalagi di tanggalan merah begini
aku bisa saja mengelupas semua cat
bisa jadi nanti sampai semennya
dan tetap tidak habis rasa rasa itu
tapi kan malam harus sudah jadi lagi
apa itu rumah lalu kamar dan aku tanpa dinding
pasti mati kedinginan nanti
kecuali ada kamu disini..
ada kamu pada tiap kata kata
kata di dinding putih
dinding merah hangat
dinding yang dekat pintu
dinding pembatas rindu
untuk meluruhkan itu
pasti sedikit sulit
apalagi di tanggalan merah begini
aku bisa saja mengelupas semua cat
bisa jadi nanti sampai semennya
dan tetap tidak habis rasa rasa itu
tapi kan malam harus sudah jadi lagi
apa itu rumah lalu kamar dan aku tanpa dinding
pasti mati kedinginan nanti
kecuali ada kamu disini..
Super sonic out of you!
Semua kegilaan ini,
roller coaster tiket terusan,
sampai terlontar ke atas,
dan nyaris tak kembali.
Bawa pulang jutaan bintang,
hingga langit turunkan pagi,
karna kehilangan hiasan malamnya.
Semua kegilaan ini,
roller coaster tiket terusan,
sampai terlontar ke atas,
dan nyaris tak kembali.
Bawa pulang jutaan bintang,
hingga langit turunkan pagi,
karna kehilangan hiasan malamnya.
Sunday, April 09, 2006
Di suatu senja
Nanti saja.
Bukan tak lelah otak ini,
sama halnya pegal betis.
Hampir semua,
dan mungkin sudah semua.
Sampai-sampai hilang semua.
Tapi belum ada senja yang cukup indah,
tuk hentikan langkah kecil ini.
Dengan kehebatan rangkum mata,
dan selembar saja papan tuk rebahkan beban.
Nanti saja.
Bukan tak lelah otak ini,
sama halnya pegal betis.
Hampir semua,
dan mungkin sudah semua.
Sampai-sampai hilang semua.
Tapi belum ada senja yang cukup indah,
tuk hentikan langkah kecil ini.
Dengan kehebatan rangkum mata,
dan selembar saja papan tuk rebahkan beban.
Friday, April 07, 2006
Warna
Mirah merah matamu,
ingatkan haru biru hatiku,
hingga palsu jadi beku.
Mirah merah matamu,
ingatkan haru biru hatiku,
hingga palsu jadi beku.
Wednesday, April 05, 2006
Berbagi langit
Setelah malam ini,
kita pasti jadi buron.
Seenaknya membagi dua langit,
lengkap dengan bintang dan arakan awan.
Diliputi nafas setipis angin mati.
Untuk kamu disana dan aku disini.
Tinggal rindu yang hangatkan kita.
Setelah malam ini,
kita pasti jadi buron.
Seenaknya membagi dua langit,
lengkap dengan bintang dan arakan awan.
Diliputi nafas setipis angin mati.
Untuk kamu disana dan aku disini.
Tinggal rindu yang hangatkan kita.
Tuesday, April 04, 2006
Frame senja-mu
Seperti aku,
dengan sepasang mata,
jemari dan lensa.
Bagaimana bisa,
kau ciptakan sempurna itu,
sungguh adanya dalam rekaman otak.
Frame yang luar biasa, sayang.
Luruh semua sisakan bangga untukmu.
Seperti aku sendiri saja...
Seperti aku,
dengan sepasang mata,
jemari dan lensa.
Bagaimana bisa,
kau ciptakan sempurna itu,
sungguh adanya dalam rekaman otak.
Frame yang luar biasa, sayang.
Luruh semua sisakan bangga untukmu.
Seperti aku sendiri saja...
Saturday, April 01, 2006
Zoentjes
Ada hangat di balik renik hujan yang mengganas,
nyaris selembut awan yang kutarik jadi kapas,
dan kecup rindu jadi sayang jadi lepas...
Ada hangat di balik renik hujan yang mengganas,
nyaris selembut awan yang kutarik jadi kapas,
dan kecup rindu jadi sayang jadi lepas...
Subscribe to:
Posts (Atom)