Memaknai Hujan
Mereka takut pada hujan,
bergairah pada saat yang sama.
Begitu menikmati atmosfer yang ditiupkannya,
tapi tak berani terlalu dekat,
hanya sekedar pandangan lekat.
Hujan seperti dosa,
baunya melekat di rambut dan pakaian,
walau sudah lama mengering.
Tak seperti mereka,
kau mirip aku.
Tak perdulikan basah tubuh,
tak merasa harus mengusap rambut,
dan sembunyikan basah yang menggairahkan.
Samarinda, Oktober 2007
Perempuan Senja. Suka menulis sejak mengerti S-P-O-K. Hanya saja sekarang K berganti rupa jadi Kamu. Punya hubungan cinta benci dengan tulisan, rasa dan kenangan.
Monday, October 29, 2007
Sebait Kata
: sederhana
Mengeja lisanmu,
seperti menghafal resahmu.
Terima kasih untuk pernah menjawab,
semua pertanyaan yang tak masuk akal,
dengan kalimat sederhana;
aku cinta padamu.
Medan, Oktober 2007
: sederhana
Mengeja lisanmu,
seperti menghafal resahmu.
Terima kasih untuk pernah menjawab,
semua pertanyaan yang tak masuk akal,
dengan kalimat sederhana;
aku cinta padamu.
Medan, Oktober 2007
Percakapan Sore Hari
Perempuan itu banyak,
cantik itu biasa.
Tapi menjadi perempuan yang setia,
aku tengah mempelajarinya.
Karawaci, Oktober 2007
Perempuan itu banyak,
cantik itu biasa.
Tapi menjadi perempuan yang setia,
aku tengah mempelajarinya.
Karawaci, Oktober 2007
Sebait kata
: memori hujan
Suara hujan,
selalu terdengar seperti nyanyian,
buat telingaku yang mengenangmu.
Kadang lebat begitu menghantam,
kadang ringan begitu menggoda,
seperti pribadimu; hujanku,
yang pernah kukenal dalam.
Biar malam ini banjir,
saat ku dijadikan kekasih hujan,
menghancurkan tubuhku,
tapi mengisi jiwaku.
Medan, Oktober 2007
: memori hujan
Suara hujan,
selalu terdengar seperti nyanyian,
buat telingaku yang mengenangmu.
Kadang lebat begitu menghantam,
kadang ringan begitu menggoda,
seperti pribadimu; hujanku,
yang pernah kukenal dalam.
Biar malam ini banjir,
saat ku dijadikan kekasih hujan,
menghancurkan tubuhku,
tapi mengisi jiwaku.
Medan, Oktober 2007
Sebait Kata
: spesial
Begitu mudah kau tata kata,
takaran yang tak masam di lidah,
saat ku mengejanya..
Tak pernah kutimbang kata,
lebih berat dari tindak.
Kecuali berlembar-lembar surat cinta,
yang masih melekat di benak.
Tergaris dan tercoret oleh air matamu,
kuingat betul rasanya.
Medan, Oktober 2007
: spesial
Begitu mudah kau tata kata,
takaran yang tak masam di lidah,
saat ku mengejanya..
Tak pernah kutimbang kata,
lebih berat dari tindak.
Kecuali berlembar-lembar surat cinta,
yang masih melekat di benak.
Tergaris dan tercoret oleh air matamu,
kuingat betul rasanya.
Medan, Oktober 2007
Tuesday, October 16, 2007
Mata Cermin
Mendekatlah,
hampiri terang mata(ku) yang kian memudar..
Bersabarlah,
tetap pandangi lekat-lekat..
setelah embun usai membayang,
hanya sisakan hitam pekat..
Bintaro, Oktober 2007
Monday, October 15, 2007
Lukamu Untukku
Satu kali saja,
aku terluka.
Berulang kali, belasan bahkan puluhan,
kucoba mengisinya dengan air mata.
Habis milikku,
kubuat kau terluka.
Biar lukamu berair mata,
agar sembuhkan lukaku.
Aku tak pernah tahu,
luka adalah pusaran air,
yang tak pernah bisa dipenuhi.
Cirendeu, Oktober 2007
Satu kali saja,
aku terluka.
Berulang kali, belasan bahkan puluhan,
kucoba mengisinya dengan air mata.
Habis milikku,
kubuat kau terluka.
Biar lukamu berair mata,
agar sembuhkan lukaku.
Aku tak pernah tahu,
luka adalah pusaran air,
yang tak pernah bisa dipenuhi.
Cirendeu, Oktober 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)