Foto Biru Kesukaanmu
Kau menggenangkan sejarah di biru fotomu,
membiarkan kunang-kunang terpatri dalam pigura,
dengan sinarnya yang berpendaran.
Mereka basah,
berkerlip gelisah.
Entah apa yang hendak kau pegang,
kami buram, karna jelas ingatanmu.
I believe, you're better than that =)
Cirendeu, Maret 2008
Perempuan Senja. Suka menulis sejak mengerti S-P-O-K. Hanya saja sekarang K berganti rupa jadi Kamu. Punya hubungan cinta benci dengan tulisan, rasa dan kenangan.
Friday, March 28, 2008
Tuesday, March 25, 2008
Sepatu dan Kesetiaanku
Dengarkan aku,
lewat derap kaki yang sama.
Saat gembira, gelisah,
marah ataupun bergairah,
bunyinya terdengar sama.
Hanya terkadang lebih cepat,
atau sesekali melompat-lompat.
Tetap sama karna sepatu darimu,
yang berkali-kali kuganti solnya,
yang tetap pudar walau baru disemir.
Aku tetap setia padamu.
Lewat sepatu tuaku,
aku selalu ingat padamu.
Cirendeu, Maret 2008
Dengarkan aku,
lewat derap kaki yang sama.
Saat gembira, gelisah,
marah ataupun bergairah,
bunyinya terdengar sama.
Hanya terkadang lebih cepat,
atau sesekali melompat-lompat.
Tetap sama karna sepatu darimu,
yang berkali-kali kuganti solnya,
yang tetap pudar walau baru disemir.
Aku tetap setia padamu.
Lewat sepatu tuaku,
aku selalu ingat padamu.
Cirendeu, Maret 2008
Pertanda Datangnya Hujan
Aku tidak pernah tahu,
kapan kau akan menangis.
Ketika kau resah,
bergulung-gulung menjadi gelisah,
lalu akhirnya berujung air mata,
aku tak pernah tahu.
Aku hanya tahu kau pernah meminjam renyai hujan,
dari lembaran buku puisi yang entah,
lalu kau sembunyikan baik-baik,
tanpa ijin dan lengkap kalimat,
hanya kau yang tahu dimana.
Untuk hari besar itu, hari baik katamu,
hari yang paling pas suasana hatimu,
dimana kau rebahkan kepalamu,
dan memulai renyai hujanmu.
Aku basah, tidak hanya kemejaku,
tidak karna air matamu.
Cirendeu, Maret 2008
Aku tidak pernah tahu,
kapan kau akan menangis.
Ketika kau resah,
bergulung-gulung menjadi gelisah,
lalu akhirnya berujung air mata,
aku tak pernah tahu.
Aku hanya tahu kau pernah meminjam renyai hujan,
dari lembaran buku puisi yang entah,
lalu kau sembunyikan baik-baik,
tanpa ijin dan lengkap kalimat,
hanya kau yang tahu dimana.
Untuk hari besar itu, hari baik katamu,
hari yang paling pas suasana hatimu,
dimana kau rebahkan kepalamu,
dan memulai renyai hujanmu.
Aku basah, tidak hanya kemejaku,
tidak karna air matamu.
Cirendeu, Maret 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)