Thursday, December 21, 2017

Pencekam Hari Dan Kewarasanku


Sepasang mata menyala, bukan dalam gelap malam,
tapi mulai dari tepi dan awalan hari.
Di antara kabut dan ketebalan udara, dia mengintai,
dengan sinar dan kilat yang tidak besar tetapi runcing.
Seperti pantulan gundu dan bintang, membedakan, menakutkan.

Mengikuti setiap gerak gerik dan helaan nafas,
seperti menanti, untuk menyerang dan memporak porandakan.
Membuat takut setiap langkah, ingin siaga ingin selalu terjaga,
tapi senja sudah mendekat dan segala sesuatu kian jadi sunyi,
pelan, dan pelan..semua mulai mati dan bertumbangan,
ingin beristirahat melewati hari..

Sampai akhirnya aku menyerah, dan tidak kuasa menahan,
seketika itu pula sepasang rin- dan –du menyergap,
BLAAAARRRRRRRR DRRRRRRRRRR, dengan guncangan hebat seperti erupsi,
merasuk ke tiap pori, membanjiri keenam indera memaksakan mereka untuk mengingat,
menggoncang sukma dan mengkonsumsi candu kegilaan lamat-lamat,
nikmat merindukanmu, tanpa harus lagi bersembunyi….dan berlari.

Begitulah aku sempat membunuh untuk sekedar tak merindukanmu,