Wednesday, January 31, 2007

Catatan Harian

I.
Ada kalung hati berwarna merah,
dengan hiasan besi berbentuk sayap.
Kata Melissa harganya murah,
kataku ini masih akhir bulan.

Untuk caviar, anggur dan bahkan sebuah kalung,
aku jelas bisa menunggu.
Sangat menggelikan kalau untuk pria sepertimu,
aku tidak menghabiskan hari-hariku,
menunggumu.

II.
(berusaha) menikmati sunyi tanpa percakapan radio
lantunan ipod dan panggilan dari telepon selular
(berusaha) menghayati lama kaki harus berdiri
menunggu antrian bank yang lama
(berusaha) sendiri dan tak berkawan sepi

Kau harus tahu,
aku serius tentang hal ini!
semalam suntuk (nyaris mengutuk)

sapaan air hujan di tipis jendelaku
sekarang terasa amat mengganggu
gurauan joko pinurbo akan lagu gereja
hanya menjala senyum seadanya

aku ingin pergi keluar
temani rerumputan dan hujan yang kini menampar
biar semua menghapus sedih
dari sejarah yang sudah-sudah
Dosa Semua Pejuang

Harapan bukanlah pertambahan waktu dalam sepak bola,
yang menyiksa pemain beradu kaki dalam kotor lumpur,
dan peluang seribu banding satu.

Harapan pagi ini kuartikan sebagai hemodialis.
Membasuh dosa yang lekat pada ingatan.
Esensi Hidup

Kalau kau percaya surga,
niscaya perjalanan tegal berliku,
itu yang dijanjikan hidup.

Kerikil dalam sepatu,
lebih dari gunung besar membisu.

Tidak ada manis madu,
yang hadir tanpa ragu.

Karena di hidup yang fana ini,
tidak ada kebahagiaan abadi.

Tuesday, January 30, 2007

cerita mata-mata

aku tengah menggambar dengan hati-hati
garis hitam alis matamu
untuk menaungi silau buana
yang selalu mempesonamu
hingga mengerjapkan bulu mata
(lalu kau berair mata)

aku menggambar sketsa yang sempurna
di hitam alis matamu
untuk menyembunyikan bengkak mata
dan biru lebam karna pilu

Monday, January 29, 2007

Pertanda Sayang

I.
sepi membunuhku
tak lagi rindu

karna kau di sisiku
tapi diam membisu
perkosa aku jadi angin lalu

sepi membunuhku
gejalanya aku tumbuh gagu

sebelum terlambat (lagi)
aku harus gantian membunuhmu

II.
tidak ada lagi puji-pujian
untuk si ikal berkebaya putih
kini ia tampak sama biasanya
dengan marka jalan strip putih
dan sederetan polisi tidur di atasnya

Saturday, January 27, 2007

Dalam Hati

Susah payah menjerat kata 'sayang'
di campur aduk otak ku.
Tidak lagi mampu menjegal keluar
saat kata 'saya..." yang ada di kelu lidahmu.

Ingin mengingat,
kapan terakhir kali,
kau katakannya.
Nudis!

mungkin hanya aku
penyair
yang gemar minuman picisan
macam newport

sama halnya
kata
membuatku mabuk
jatuh terpingkal
berulang kali
karna geli

bahwa di dunia ini
yang kata bulat
pulang pesta
aku cuma pakai cawat

mirip Yesus
berpose di (atas) salib
dikatai narsis
pamer tubuh
karna atletis

Thursday, January 25, 2007

Beli Satu Gratis Satu, Harga Diskon!

Dulu waktu usia tanggung saya harus memilih.
Mau masuk kelas logika, dagang atau bahasa.
Akhirnya saya masuk kelas dagang,
agar bisa jual ini itu, siapa tahu cepat kaya.

Rupanya saya tidak pintar berdagang,
tak seperti Alung yang sekarang bisnis kapal,
atau Ruby yang merintis bengkel ban.

Saya ini lulusan kelas dagang yang jatuh cinta.
Jatuh hati sampai badan dengan kata-kata.
Jadi saya ini lulusan palsu.

Entah saya ini beruntung atau apa,
tidak menukarkan jiwa asli dengan rupiah,
tapi sekarang jadi kebingungan,
kenapa dulu tidak ada kelas pemulung.

Paling tidak makan dua kali sehari,
hasil tukarkan plastik satu per kilo,
dengan 700 rupiah.
Atau alumunium bila mujur,
makan jadi tiga kali,
karna bisa 5000 rupiah dihargai.

Mereka kerja di lahan yang luas.
Lebih dari lapangan bola walau bau tengik,
tapi paling tidak masih bisa dibarterkan.

Kalau saya dikasihani waktu,
terkadang bisa juga buat satu paragraf.
Di kertas yang mudah lecek,
selalu jadi selipan yang terlupa.

Kalau saya diburu waktu,
rasanya kalimat-kalimat hanya main loncat tali.
Dari sisi otak kanan ke kiri,
tanpa keluar dari jeratan mulut.

Bila iseng saya keluar,
ingin mengeletek kata HALAL dari kaleng makanan,
menggabungkan dengan kata CINTA,
dari kartu pos gratisan waktu Valentine.

Biar semua kata cinta bisa laku dikonsumsi,
siapa tahu orang yang miskin hati mencari pelarian,
lalu jadi kastemer setia.

Biar saya jadi penyair,
yang setidaknya bisa bangga hati,
ikut-ikut mereka, yang makan dua kali sehari.

Wednesday, January 24, 2007

Tambahkanlah Pelukan

Kini nona jadi nyonya,
pendek nama jadi panjang,
belum ditambah embel-embel,
padahal belum ada bubur merah putih.

Surat berhenti kerja keluar,
lebih baik di rumah saja.
Toh pangkatnya sudah naik,
wilayah kewenangan pun bertambah.

Ini hebatnya nona yang jadi nyonya.
Bila bersungguh-sungguh hanya dipuji,
dengan sekilas senyuman yang tanggung.

Sehabis bersih-bersih rumah,
jangan lupa mandi,
ganti pakaian sedikit seksi,
mungkin ditambah minyak wangi.

Menunggu tuan pulang,
melanjutkan shift sore dan malam.
Karna tuan pasti lelah,
dengan beban 9 jam kerja.
Hanya Sebuah Tanya Jawab

semua merdu
kini jadi bisu
ramai sudah pergi
ikut pergi dengan mimpi

langkahku tersandung gerimis
belum ada waktu tuk menangis
hujan kian lebat
mencecarku kuat-kuat

petang kemarin sudah berlalu
bahkan satu dua cakap tertimpa debu
tapi rindu ku masih menggerutu

semua merdu
kini sudah bisu
menjegal langkahku
menyurutkan jawabku

semua merdu
kini harus bisu
atas diskusi petang lalu
lanjut nanti kata tuhanku

Thursday, January 18, 2007

kata gubernur dari jepang

disini harus jadi kaya dulu
baru pantai dan sungai bebas sampah

saya tidak mau ikut-ikutan kaya
malahan isi otak banyak sampah
bisa-bisa semua frase jadi sampah

saya harus jadi merdeka dulu
biar tidak takut kehilangan sesuatu

merdeka dari ketakutan
mengambangkan saja harapan
kau saja hidup dengan duniamu

kata teman saya malam ini
dia orang baik
walau jauh dari bijak
hancurlah hidup pria
yang menyiakannya

kata saya malam ini
saya (pernah) jadi bangsat
setingkat dari bejat
terus menerus membuat saya ingat
sama saja membangun hikayat

kata abang saya dahulu kala
taruhlah ingatan di kantong terdepan
kau pikul dengan berat sambil belajar
setelah hafal bisa kau keluarkan
biar ringan bebanmu

Wednesday, January 17, 2007

pembersihan

mengidap penyakit yang lampau
membuat saya banyak maunya

letakkan sebaldi air di hadapan rumah
nyalakan lampu minyak senantiasa
jangan lupa debu suci dan garam

hari ini saya rayakan mimpi-mimpi
yang sudah usai sebelum dimulai

Friday, January 12, 2007

bicara estetika

dua sahabat dan seorang kekasih
bersenda gurau di atas ayunan
yang disangga halaman rumput manila
menyiraminya agar mengkilat
dengan kata-kata yang melekat
sampai kini tak mau copot!
monolog basi

ada yang ingin kutanyakan
pada tiap dering telepon
yang kau biarkan berdendang
selalu tetap mengundang

ada yang ingin kusampaikan
makna-makna ganda
sekaligus turunan
seperti kelinci
dan lusinan anaknya
pada tiap sms
yang memenuhi inboxmu
tanpa pernah terbaca
baju kaos abu-abu

baju kaosmu pucat warna
dengan deras air mata
di tiap potongan bahu

kupindahkan merah mentari
dengan api menari
menjilat baju kaosmu

habis sudah
tutup buku
mari kita belanja

Tuesday, January 09, 2007

Gelitik sebuah foto dan profil

Perempuanku,
tidak ada yang perlu diperdebatkan
cukup sudah dengan adu argumen
perang yang tak terlihat
debu tanpa asap yang membuat kalut
atau bahkan sebuah dongeng murahan
cerita kulit kayu pada pohon
menggelopak dan jatuh rentan

Perempuanku,
menyerahlah
pergilah entah
bangunlah harapmu
di tempat lain

Monday, January 08, 2007

aku ingin kita baik-baik saja

aku kembali berkaca
pada penanggalan
yang kupungut begitu saja
sepertinya ada kamu
tengah berlesatan disana
pada sendja yang entah

penanggalan masih terdiam
tidak tahu harus bicara apa
ataukah tebaran angka dan huruf
hanyalah sekotak ingatan
yang tersimpan
pada sendja yang entah

Sunday, January 07, 2007

telinga yang tak mau mendengar

mungkin di kelopak matamu
tak pernah ada bendera putih
kau menyulut mimpi buruk
secepat rokok kretek menyala
di ujung tarikan nafas
bersender pada bibir
tanpa gegap gempita
yang ingin kunamakan rasa
pesan satu tidak pakai lama!

saya memesan kematian
di kilometer 14,8
tidak usah pakai lampin
saya juga sedang malas bercermin

jangan sampai salah catat
di kilometer 14,8
hapus saja seraut wajah pucat
dengan guyuran air mata lebat

sekali ini tanpa peti mati
dan juga antipati
sudah kubilang saya mau cepat mati
mungkin di pagi hari

Friday, January 05, 2007

Kompas yang Hilang

saatnya membuang kalender lama
untuk dijadikan lap pembersih kaca
atau bungkus pembalut

tahun sudah berganti
entah dengan agenda kali ini
apakah tuhan juga perlu diganti
Badai mu (di tepi pantai)

tertawakan aku dan dunia hari ini
karna tak mudah larut dalam api mu
hancur dalam airmata mu

Thursday, January 04, 2007

tiket yang hilang

ingin kubeli seribu tanda tanya
tentang kereta yang tak pernah hinggap di stasiun mu
ataukah sebuah untaian gelisah yang mengendap
beriringan dengan langkah kakimu
yang mulai meninggalkanku
PULANG

selalu kuselipkan bunga rumput
di balik mawar merah putih kesukaanmu
agar kau tak lupa menjemput
ingatan tentang kampung halaman
yang selalu jujur padamu
tak sekalipun mengisi cerita dengan bualan
senyuman yang bertambah manis

jerawat merah
di tepi atas bibirmu
membuatku bertanya-tanya
adakah tawon salah mengiramu
terpesona dengan bau harum
dan reguk manismu?