Saturday, September 17, 2005

Malam bagi kita


Nanti, saat bumi tak lagi bundar,
penuh koyak dan atmosfer beku,
aku ingin tetap disini.


Atau mungkin disana,
terlelap selagi menanti,
menggenggam erat jemarimu.


Satu dan dua, untuk kerut di dahi,
dan juga lipatan di bawah dagu.
Takkan ada yang luntur darimu,
sama seperti rasa tak dicuri waktu.

No comments: