: TIGA RASA ::
Anggur
Tua-tua keladi,
semakin tua semakin jadi.
Aku sering tertawakan dia,
yang berdiri di seberang cermin,
semakin hari semakin tua saja.
Aku tertawakan dia juga,
semakin terbahak nampaknya.
Jatuh cinta padamu,
kembang terindah di pasar Barito,
dara tercantik yang pernah ada.
Tapi pandai benar kau mainkan kata,
katamu sederetan uban ini karismatik,
buatku seperti anggur putih,
semakin tua semakin pekat.
Dengan kelezatan yang bertambah,
sejalan dengan waktu yang bergulir.
Memang kau perempuan hebat.
Manis raut wajah,
apalagi kata-kata.
Madu
Keras hatiku menyangkut begitu rupa,
bagai batuk tahunan.
Entah kau datang darimana,
dengan teksturmu yang kental,
bisa lembutkan aku.
Kemampuanmu menyerap udara,
nyaris memaksa sekelilingmu,
untuk mati tercekik tanpamu.
Aku tidak pernah heran,
sejak petang itu,
kau mencuri hidup banyak orang.
Setidaknya aku tahu,
terima kasih padamu, manis..
Aku tahu diriku pernah hidup.
Dan kau?
Ah, tidak pernah ada batasan waktu.
Kau tidak pernah sekedar dicipta,
lalu harus berlalu.
Kau, manis...tidak pernah kadaluarsa.
Zaitun
Kalau aku kembali mengusik,
sekumpulan bianglala di sendu matamu,
kau hanya melihatku dengan seutas senyum.
Tidak tahukah kau,
masih belum sadar juga,
kita itu seperti oliva.
Dengan daun kecil menjangat,
bunga yang kuning,
buah pelok membulat telur.
Saat muda kita membawa kesegaran,
dengan warna hijau kekuningan yang khas.
Senja menggeser usia,
rasa kan abadikan kita.
Ekstrak ini tak perlu dicari.
Di Laut Tengah dan bahkan Syria.
Kita adalah oliva,
kau dan aku.
No comments:
Post a Comment