Ilafi
hitungan yang gasal
nafas yang gelandang
rasa yang regat
aku
menjadikanku
cirendeu, maret 07
Perempuan Senja. Suka menulis sejak mengerti S-P-O-K. Hanya saja sekarang K berganti rupa jadi Kamu. Punya hubungan cinta benci dengan tulisan, rasa dan kenangan.
Friday, March 30, 2007
Thursday, March 29, 2007
Sendja Penawar Duka
untuk kamu
si pemilin doa
sedari pagi
hingga lelah
berganti malam
tanpa perlu kubeli
sebuah tiket terusan
kau titipkan sudah
manis terucap lafal
dengan deraian air mata
di balik telingaku
kuhadiahkan hati
serta jari manis
dirajah kata setia
di hidup yang nanti
cirendeu, maret 07
untuk kamu
si pemilin doa
sedari pagi
hingga lelah
berganti malam
tanpa perlu kubeli
sebuah tiket terusan
kau titipkan sudah
manis terucap lafal
dengan deraian air mata
di balik telingaku
kuhadiahkan hati
serta jari manis
dirajah kata setia
di hidup yang nanti
cirendeu, maret 07
Sepenggal Cerita
Kau mengemas cinta,
dengan tamparan duka.
Begitu caramu mengusirku?
lbk bls, maret 07
Kau mengemas cinta,
dengan tamparan duka.
Begitu caramu mengusirku?
lbk bls, maret 07
Saturday, March 24, 2007
Dua Alur Cerita
aku jatuh cinta
pada seorang lelaki
yang tak mampu kususul
hingga titik penutup esai
dalam lolongan sepi hidupku
lelaki yang sama
tergopoh-gopoh
naik kereta
jauh-jauh hari
ada aku
kamu di atas kereta
jejak kilometer jauhnya
aku ketinggalan
tanpa sebuah cerita
kamu pergi kemana?
tebet, maret 07
aku jatuh cinta
pada seorang lelaki
yang tak mampu kususul
hingga titik penutup esai
dalam lolongan sepi hidupku
lelaki yang sama
tergopoh-gopoh
naik kereta
jauh-jauh hari
ada aku
kamu di atas kereta
jejak kilometer jauhnya
aku ketinggalan
tanpa sebuah cerita
kamu pergi kemana?
tebet, maret 07
Rasa Berbeda
cemburuku menetes
tumbuh jadi pagar berduri
ego setinggi tepian langit
cemburuku mengalir
dari hulu hingga hilir
membasahi tiap pori hati
jadi luka yang berdarah
tanpa henti
cemburuku menatap
semua ingin berlarian
sampai ku tak tahu
besok harus hidup tuk apa
tebet, maret 07
cemburuku menetes
tumbuh jadi pagar berduri
ego setinggi tepian langit
cemburuku mengalir
dari hulu hingga hilir
membasahi tiap pori hati
jadi luka yang berdarah
tanpa henti
cemburuku menatap
semua ingin berlarian
sampai ku tak tahu
besok harus hidup tuk apa
tebet, maret 07
Friday, March 23, 2007
Diamdiam Ingin
aku ingin menangis
diamdiam
dalam tiap goresan pena
tatap mata yang beradu
atau genggaman tangan
aku ingin merindu
diamdiam
seperti api dalam sekam
tak pernah bisa padam
menyelinap malam-malam
aku ingin (tetap) mencinta
diamdiam
walau dengan tanda tanya
menghiasi muka
serta angkara murka
aku ingin tinggal
jangan buat aku pergi
diamdiam
lbk bls, maret 07
aku ingin menangis
diamdiam
dalam tiap goresan pena
tatap mata yang beradu
atau genggaman tangan
aku ingin merindu
diamdiam
seperti api dalam sekam
tak pernah bisa padam
menyelinap malam-malam
aku ingin (tetap) mencinta
diamdiam
walau dengan tanda tanya
menghiasi muka
serta angkara murka
aku ingin tinggal
jangan buat aku pergi
diamdiam
lbk bls, maret 07
Thursday, March 22, 2007
Liku Siku
sofa merah marun
berangsur keriput
sampai kapalan
waktu dirunut
aku tak lagi membentuk dia
tapi dia tetap diam
(mungkin terkantuk)
rupanya dia membentuk aku
di tiap siku (nya)
tebet, maret 07
sofa merah marun
berangsur keriput
sampai kapalan
waktu dirunut
aku tak lagi membentuk dia
tapi dia tetap diam
(mungkin terkantuk)
rupanya dia membentuk aku
di tiap siku (nya)
tebet, maret 07
Menua Berdua
bingkai dimamah rayap
kaca retak berhamburan
tak lagi menyisa darah
kolase foto turut menua
deretan tiga ekspresi
tak lagi merah jambu
bingkai dimamah rayap
kaca retak berhamburan
tak lagi menyisa darah
kolase foto turut menua
deretan tiga ekspresi
tak lagi merah jambu
Monday, March 19, 2007
Padat Kata
Mungkin malam terlalu lama mampir,
membuat kamu kemak-kemik,
membalikkan maaf jadi ajakan ribut,
mirip sambitan batu.
Mungkin malam terlalu lama mampir,
membuat kamu kemak-kemik,
membalikkan maaf jadi ajakan ribut,
mirip sambitan batu.
Sunday, March 18, 2007
Khas Seorang Sendja
Boleh jadi kau anggap sama,
pahit manis kopi,
seduhan yang biasa saja,
dalam gelas tanah liat kesukaan.
Tapi jejak bibir yang ada,
punya ku dan nya,
kan jauh berbeda!
Ingat itu baik-baik,
tiap kali kau melangkah pergi.
Boleh jadi kau anggap sama,
pahit manis kopi,
seduhan yang biasa saja,
dalam gelas tanah liat kesukaan.
Tapi jejak bibir yang ada,
punya ku dan nya,
kan jauh berbeda!
Ingat itu baik-baik,
tiap kali kau melangkah pergi.
Pariwara Perempuan
Tiap kali aku hilang,
dia bermunculan.
Walau sejenak,
tetap menyita benak!
Lalu siapa yang jadi bayang-bayang?
Aku terhadap ingatan mu,
mu terhadap rasa ku,
atau dia pada mu?
Kamu itu obsesi,
dia sendiri basi!!
Tiap kali aku hilang,
dia bermunculan.
Walau sejenak,
tetap menyita benak!
Lalu siapa yang jadi bayang-bayang?
Aku terhadap ingatan mu,
mu terhadap rasa ku,
atau dia pada mu?
Kamu itu obsesi,
dia sendiri basi!!
Bersambung
Dalam mimpi semalam,
puisimu terpenggal,
Entah kau sengaja,
atau sekedar kehabisan pulsa.
Menyentak lamunan,
merusak onani,
menjegal kesenangan.
Mungkin hanya itu bisamu.
Dalam mimpi semalam,
puisimu terpenggal,
Entah kau sengaja,
atau sekedar kehabisan pulsa.
Menyentak lamunan,
merusak onani,
menjegal kesenangan.
Mungkin hanya itu bisamu.
Thursday, March 15, 2007
Bilou
siamang kerdil
penyanyi unggul
tajamnya gigi
lalu sebut saja kuku
dipatahkan oleh merdu
siamang kerdil
tak takut bedil
walau upacarakan
pagi menjelang
dengan sahutan perang
siamang kerdil
pastilah aku kalah
mencipta syair
dua jam setelah fajar
adalah sarapan pagi
kemana pun aku melangkah
buntu kutemui
siamang kerdil
mari bertukar takdir
biar ku diburu siang benderang
masih bersenjatakan syair
siamang kerdil
penyanyi unggul
tajamnya gigi
lalu sebut saja kuku
dipatahkan oleh merdu
siamang kerdil
tak takut bedil
walau upacarakan
pagi menjelang
dengan sahutan perang
siamang kerdil
pastilah aku kalah
mencipta syair
dua jam setelah fajar
adalah sarapan pagi
kemana pun aku melangkah
buntu kutemui
siamang kerdil
mari bertukar takdir
biar ku diburu siang benderang
masih bersenjatakan syair
Tuesday, March 13, 2007
Pulang Kembali
Jangan kau pulang padaku,
biar waktu menyebutnya rotasi.
Mengembalikan mimpi,
melekatkannya pada jam besar,
yang masih bersuara rendah,
bertik tok di sudut ruang toko antik.
Jangan kau pulang padaku.
Kini tengah kucari,
genting keramik yang kau susuri,
dengan isak tangis,
dan kata seadanya.
Kemudian berikan aku waktu.
Tuk menyusun abu,
dari derita yang kau bakar,
atas nama cinta yang lain.
Jangan kau pulang padaku,
biar waktu menyebutnya rotasi.
Mengembalikan mimpi,
melekatkannya pada jam besar,
yang masih bersuara rendah,
bertik tok di sudut ruang toko antik.
Jangan kau pulang padaku.
Kini tengah kucari,
genting keramik yang kau susuri,
dengan isak tangis,
dan kata seadanya.
Kemudian berikan aku waktu.
Tuk menyusun abu,
dari derita yang kau bakar,
atas nama cinta yang lain.
Thursday, March 08, 2007
pelajaran menggambar
aku tengah melukis kata
di tengah kanvas pucat warna
gerutuan air mata
mengubah gunung jadi telaga
matari turun lewat dara
yang baru belajar membaca
meraba-raba rasa
biar dibingkai perkasa
jadi suatu yang luar biasa
aku tengah melukis kata
di tengah kanvas pucat warna
gerutuan air mata
mengubah gunung jadi telaga
matari turun lewat dara
yang baru belajar membaca
meraba-raba rasa
biar dibingkai perkasa
jadi suatu yang luar biasa
selamat jalan priakata
ada kata
terselip di gigi mu
membuatku jatuh cinta
pada pandangan pertama
jauh ke dalam
senyum manis mu
ada kata
di helaian rambut mu
hitam mengombak
kini jadi kelabu
membeku karna waktu
yang tak pernah mau tahu
ada kata
bahkan pada diam mu
buatku termangu
lalu ikut membisu
inikah stasiun terakhir itu?
ada kata
ada waktu
kata pernah jadi penghulu
waktu kini jadi sembilu
kukemas rasa hatihati
dengan pita airmata
ada kata
terselip di gigi mu
membuatku jatuh cinta
pada pandangan pertama
jauh ke dalam
senyum manis mu
ada kata
di helaian rambut mu
hitam mengombak
kini jadi kelabu
membeku karna waktu
yang tak pernah mau tahu
ada kata
bahkan pada diam mu
buatku termangu
lalu ikut membisu
inikah stasiun terakhir itu?
ada kata
ada waktu
kata pernah jadi penghulu
waktu kini jadi sembilu
kukemas rasa hatihati
dengan pita airmata
Sunday, March 04, 2007
Wa' idz
Biarkan aku belajar mencintaimu (lagi),
karena tanpa merah,
darah tak lagi bermakna.
Biarkan aku belajar mencintaimu (lagi),
karena tanpa merah,
darah tak lagi bermakna.
Saturday, March 03, 2007
ciuman di malam purnama
malam ini purnama akan luntur
ditantang uap panas bola mataku
mengeletek perlahan
anjang-anjang si rembulan
letih kupungut
dari gurat senyummu
dua musim berlalu
kau masih menungguku
marilah malam ini
aku dan kamu rekoleksi
biar aku kembali
belajar mencintaimu
malam ini purnama akan luntur
ditantang uap panas bola mataku
mengeletek perlahan
anjang-anjang si rembulan
letih kupungut
dari gurat senyummu
dua musim berlalu
kau masih menungguku
marilah malam ini
aku dan kamu rekoleksi
biar aku kembali
belajar mencintaimu
Subscribe to:
Posts (Atom)