Kejujuran Kalimat Picisan
Dulu aku menunggu hari ini,
dimana temanku hanya lantunan frase,
terngiang-ngiang dan dalam keheningan suara.
Pagi, siang dan malam,
saat tak kurasakan lagi lidah yang ingin mengecap,
rangkum tangan yang ingin memeluk,
dan berharap inilah mati rasa.
Nyatanya aku tetap hidup.
Mungkin compang camping,
kurus kering nantinya,
dan bersin ratusan kali sehari.
Tapi tetap hidup,
untuk (menunggu) kamu.
No comments:
Post a Comment